From Kelinci To Cikelin

Beberapa hari yang lalu, ada seorang teman yang nanya: "Cikelin itu apaan sih, Mala?" Hehehe, emang sih banyak yang penasaran. Soal ini sebenarnya udah pernah kubahas di blog-ku yang dulu. Cuman gpp deh kutulis lagi.

Cikelin itu dari kata kelinci. Kelinci => cikelin. Nama ini dikasih sama Antariksa waktu pertama kali aku bikin email. "Udah, pakai nama cikelin aja," begitu kata dia. Aku sih nurut aja, asal dibikinin email account (waktu itu masih gaptek banget, sekarang... masih gaptek juga... hehehe). Aku dipanggil cikelin karena gigi depanku mirip ama gigi kelinci (ini sih istilah halus biar gak ngatain mrongos or tonggos aja, hehehe).

Aku emang bermasalah dengan gigi. Susunan gigiku enggak rapi, mungkin karena rahangku sempit. Tapi aku enggak takut ke dokter gigi (nino yang masih takut). Sejak aku masih SD, aku udah sering ke dokter gigi sendiri, di puskesmas. Biasanya sih aku berangkat naik angkot dari sekolah, biar biayanya gratis dan sekalian bisa bolos, hehehe.

Kemarin, aku ke dokter gigi untuk nyabut satu gigi gerahamku yang sebenarnya udah tinggal akarnya doang. Ugh, susah banget nyabutnya. Dokternya, yang masih muda (seumuran aku) sampai keringetan nanganinnya. Hampir setengah jam bergulat dengan tang, pinset, capit, bor, dan alat entah apa lagi (ini dentist apa bengkel?). Emang sih, gigiku udah dibius, tapi kan aku bisa denger suara alat2 itu. Malah, dokternya sampai berkeluh kesah saking frustasinya.

"Arrgghh, kok masuk lagi sih." Terus glodak, tangnya meleset. "Aduh, gemes aku." Di-bor lagi. "Kasih lubang di atas itu, biar bisa dikait," susternya nimpalin. "Ugh, susah bener sih."

Gilak! Dikiranya aku gak bisa denger. Untung aja gak kena alat2 itu gak nyenggol mulutku atau gigi2ku yang lain. Bayangin deh, mangap selama setengah jam.

Pesan buat temen2:rajin gosok gigi ya, seabis makan dan sebelum tidur.

A.K.

(masih nyeri nih gusinya, giginya sih udah enggak sakit, lha wong udah dicabut, hehehe)