Berbunga-bunga Karena Bunga: Catatan Dua Puluh Tahun Bersama
The happy girl |
"Mas, nanti pas anniversary kita, nge-date yuk?"
Nino dengan sigap membuka Google Calendar di tabletnya, langsung mengiyakan.
"Oke... tanggal berapa?" tanyanya dengan nada datar.
And I am like, "Excuse meeee..." Hahaha, same old Nino, jarang ingat tanggal anniversary kami.
Saya nggak pernah mempermasalahkan hal sepele seperti lupa tanggal, lha wong saya sendiri juga pernah lupa. Saya merasa sudah cukup mengenalnya untuk tidak menaruh harapan terlalu tinggi untuk hal-hal yang sepele. Kalau tidak mau dikecewakan soal kado ultah, misalnya, ya saya kasih hint yang terang benderang. Biar surprise-nya masih ada (sedikit), tapi saya nggak kecewa karena bakal terima kado sesuai harapan, haha. Di ultah saya Desember lalu, Nino sampai terpaksa beli kado dua kali karena saya kasih hint keterlaluan, nge-share tautan toko online yang sedang saya taksir, pas ada diskonan. Ternyata sebenarnya Nino sudah beli kadonya jauh-jauh hari sebelum tokonya SALE. Terpaksa dia beli lagi biar nggak mengecewakan saya. Kasihan Nino. (Eh, enggak ding, saya tentu saja seneng dapat kado DUA, haha).
Di hari anniversary yang istimewa ini, saya ingin dikirimi bunga. Biasanya saya yang beli sendiri bunga-bunga segar. Di marketplace ijo, saya sudah punya toko langganan. Tapi kali ini saya nggak nge-share nama tokonya, biar Nino usaha dikit :p Di hari H, alhamdulillah suami saya ingat untuk mengucapkan selamat anniversary begitu saya bangun tidur. Sambil bergumam, "Dua puluh tahun lama juga, ya?"
Sebelum berangkat kerja, saya mendengar Nino uring-uringan di telepon. Pas saya tanya, ternyata tukang bunga dia nyasaaar... Padahal waktu itu dia sudah mau berangkat rapat dengan wakil rakyat yang terhormat. Mukanya udah bete banget. Saya pengen ngetawain nggak tega. Ten point for your effort, Mas ;)
Akhirnya bunganya datang juga, dua puluh mawar merah yang cantik, segar, dan gemuk-gemuk. Saya nggak tahu Nino sengaja pesan dua puluh tangkai atau dia pesan ke tukang bunga, yang biasanya aja berapa. Karena Nino pergi kerja sebelum saya sempat dandan, saya foto-foto bareng bunganya saja. Puas-puasin selfie-selfie cantik.
Malamnya kami dinner di steakhouse pilihan saya. Saya dan Nino mazhabnya berbeda dalam bidang per-steak-an. Saya pro steak yang rare dan juicy, sementara Nino sukanya yang well done, harus mateng banget :( Tapi malam itu Nino sudah setuju untuk nggak memesan steak well done yang akan membuat saya patah hati. Akhirnya dia pesan satu tingkat di bawah well done. Saya sendiri pesan medium rare. Saya menikmati daging steak-nya yang juicy dan enak. Sayangnya menurut Nino biasa aja. Nggak mengurangi kualitas kencan kami sih. Hanya saja saya bilang di kencan tahun depan, biar Nino yang pilih tempatnya. Terserah deh kalau dia mau pilih warung yang bisa masak daging di atas well done, sampai congratulation seperti rendang yang dimasak berjam-jam juga boleeeh, haha. Siap-siap aja ntar outfit-ku menyesuaikan kalau diajak makan di warung padang atau di warung Jawa Timuran ditraktir rawon.
Saya agak terkejut sekaligus terharu ketika saya unggah foto-foto anniversary ini di instagram, banyak yang mengucapkan selamat dan memberi doa. Well, memang dua puluh tahun bersama itu cukup lama sih. Banyak suka duka, up and down yang sudah kami lalui. Ketika ada yang komen menanyakan 'resep' dua puluh tahun bersama, saya iseng tanyakan ke Nino. Ternyata dia jawabnya serius, meski saya nanyanya sambil ketawa-ketawa, masa' ada sih resepnya? Kata Nino, resepnya adalah 'growing together,' bersedia tumbuh bersama. Nino sepertinya memang nggak main-main perkara tumbuh bersama ini, nggak cuman sekadar ucapan atau 'resep' saja. Kurasa dukungan dan dorongannya selama ini agar saya meneruskan kuliah S2 saya di Jerman (meski membuat saya berpisah sementara dengan suami dan anak-anak) adalah dalam rangka agar saya tetap tumbuh. Nino ingin agar saya tidak mandeg sebagai individu, ketika saya berada dalam ikatan pernikahan. Nino ingin agar saya tetap punya kesempatan belajar dan maju, ketika karir dia sendiri sudah (meminjam istilah yang dipakai sahabat saya) melesaaaat ^_^ Kami pun bersama-sama tumbuh sebagai orang tua, dengan anak yang sekarang ini sudah dewasa dan menjelang remaja.
Alhamdulillah kami 'lulus ujian' dua puluh tahun pertama. Semoga 'ujian-ujian' selanjutnya nggak berat-berat amat, ujian yang bisa kami nikmati bersama dan membuat kami naik kelas. Doakan ya agar pernikahan kami penuh berkah, penuh cinta, dan setara.
A.K.
Jaksel, Juni 2021
Comments
Sering-sering diupdate ya blognya. Hihi