Posts

Showing posts from June, 2019

AYAH HADIR

Image
Lil A di Grundschule Hari ini hari terakhir Lil A sekolah di SD. Grundschule di sini hanya sampai kelas 4. Setelah itu langsung lanjut ke kelas 5 di Sekolah Menengah. Lil A sudah mendapatkan sekolah menengah yaitu Adorno Gymnasium yang lumayan dekat dengan rumah, 15 menit naik sepeda. ‘Hari Kelulusan’ SD di sini biasa banget. Nggak ada perayaan apa-apa, nggak ada wisuda yang ekstravaganza. Lha wong nggak ada ujiannya juga. Lil A pun hanya mendapatkan Zeugnis alias raport thok til, yang cuma dua halaman kertas biasa. Nggak ada ijazah SD (Mbuh nanti gimana kalau mau ngelanjutin ke SMP di Indonesia, dipikir engko), nggak ada SHUN (UN-nya aja nggak adaaaa). Aku pikir tadi bakalan ada semacam pentas seni tutup tahun gitu. Aku udah siap-siap hadir sore hari meski gak terima undangan. Kupikir Lil A kelewat ngasih undangannya. Meski aku agak melow karena Nino masih dines di LN. Ternyata nggak ada apa-apa babar blas. Aku tadi cuma pamitan sama carer-carer Lil A di Betr

SISTEM ZONASI SEKOLAH DI JERMAN: Pengalaman Lil A Masuk Gymnasium

Image
Tadinya aku nggak mau ikut-ikutan nulis tentang zonasi yang sedang ramai dibicarakan di Indonesia. Tapi karena banyak yang ingin tahu tentang sistem sekolah di sini, aku akan membagikan pengalaman keluarga kami ‘mencarikan’ sekolah menengah buat Lil A (11 tahun). Semoga bisa menambah wawasan. Kami tinggal di kota Frankfurt am Main di negara bagian Hessen. Sekolah dasar (Grundschule) di sini, sama dengan sebagian besar negara bagian lain di Jerman, hanya sampai kelas 4. Mulai kelas 5, anak-anak masuk sekolah menengah yang terbagi menjadi tiga macam: Hauptschule, Realschule, dan Gymnasium. Jerman menerapkan wajib belajar sampai anak-anak berusia 16 tahun. Undang-undang mengamanatkan setiap anak (tidak peduli status kependudukannya, apakah imigran atau refugee) berhak mendapatkan akses pendidikan, selama anak ini tinggal di Jerman dan belum menginjak usia 16 tahun. Pemerintah wajib menyalurkan anak usia sekolah ke sekolah terdekat dengan tempat tinggal. Ini mirip dengan ketika

BELAJAR MEMBUAT KEPUTUSAN

Image
Minggu depan Nino bakalan dines ke LN seminggu. Mumpung cuma bertiga di rumah, aku nawarin Big A buat mengambil alih dapur. Kalau nggak ada Nino kan menu makannya gak harus nasi setiap hari, hehehe. Jadi rencananya, aku kasih Big A uang buat belanja seminggu. Dia yang akan ngecakke. Big yang bikin menu, belanja bahan, dan memasak. Aku hanya akan membantu, manut nantinya disuruh bantu bagian mananya. Aku nggak akan protes apapun yang akan dia putuskan. Penting banget untuk melatih anak membuat keputusan sendiri. Nantinya, mereka akan membuat keputusan-keputusan penting dalam hidup: memilih jurusan, memilih jodoh, beli rumah, memilih presiden, dll. Kalau tidak pernah latihan membuat keputusan kecil, nanti bakalan kerepotan membuat keputusan yang risikonya besar. Salah jurusan, anyone? *ngacung Jadi mending kita kasih anak-anak kesempatan untuk salah di keputusan-keputusan kecil yang risikonya juga kecil. Kita bisa melatih anak membuat keputusan sejak dini. Misal anak balita, tan

MATHE ARBEIT

Image
Kemarin Lil A pulang sekolah membawa hasil Mathe Arbeit, alias ulangan kelas matematika. Ini Mathe Arbeit yang ke-6. Satu tahun ajaran cuma ada 6 kali ulangan kelas. Lil A baru ikut 3 kali karena dia baru saja masuk kelas reguler (kelas 4) sejak semester ini. Sebelumnya, karena belum bisa bahasa Jerman, Lil A masuk kelas IK (Intensiv Klasse) selama satu setengah semester. Sekolah dasar (Grundschule) di Jerman cuma sampai kelas 4, kecuali di Berlin yang sampai kelas 6. Mulai kelas 5, anak-anak sudah dimasukkan ke sekolah menengah. Meski kelas terakhir di SD, sama sekali tidak ada ujian akhir tahun. Hanya ada ulangan biasa untuk mapel Matematika dan Bahasa Jerman. Penentuan sekolah selanjutnya berdasarkan rekomendasi guru dari pengamatan terhadap anak sehari-hari. Di awal semester ini, Lil A sudah mendapatkan rekomendasi untuk melanjutkan ke jalur sekolah menengah Gymnasium, meski dia belum pernah ikut arbeit (ulangan) di kelas reguler sebelumnya. Setiap anak lulusan Grundschul