Posts

Showing posts from August, 2005

Bulan Penuh

apakah kita memandang bulan yang sama 
ketika aku termangu di jendela 
dan kau menelpon selamat malam? A.K.

Perbincangan Sabtu Malam

Sabtu kemaren, Nino meminjami aku Catatan Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie (dia pinjem dari Tante Ria). Whoa, kebeneran banget. Aku lagi gak punya bacaan (setelah selesai membaca Harpot, bacaanku cuma Kompas, Reader Digest dan majalah wanita ‘enggak penting’). Membaca diary Gie membawaku membuat my own film about him. Bukan ngebayangin Nico di film-nya Riri. Aku bisa menangkap jiwa Gie dari tulisan2nya, kegelisahannya, kesendiriannya dan semangatnya.
Hem, tentang buku ini diterusin ntar aja, di posting berikutnya, kalok aku udah selesai bacanya. Karena baca Gie, aku jadi punya bahan diskusi dengan Nino. Malam minggu itu kami menghabiskan malam di de Juice bar Matos, jaga stand. Nino sendiri sudah baca CSD Gie sejak dia SMA (bayangin aja, waktu aku SMA, bacaanku cuma HAI). Dia juga sudah baca diary-nya Ahmad Wahib, sejak dia SMA. Ahmad Wahib itu seangkatan Hok Gie juga. Dia mahasiswa angkatan 70-an gitu, punya pemikiran kritis dan mati muda (dengan cara yang konyol: ditabrak pengend

Miss You But Hate You

Ini tentang curhat temenku (yang terus terang bikin aku kaget banget). Maybe we can extract the moral from this story.
Untuk privacy, aku gak perlu sebutin namanya kan? "Hai, tumben OL"
"Maaaalllllll, aku mau curhat" 
"Boleh, boleh. Apa sayang?" 
"Aku jatuh cinta…"
 "Hem…" 
"Sama pria yang udah beristri"
 WHAT? Tapi aku berusaha untuk tidak kelihatan terkejut.
"Terus?"
 "Aku sekarang patah hati."
 "Weits, bentar-bentar. Cerita dari awal dong Say. Masak langsung klimaks gini. Sejak kapan kamu?" 
"Kami kenalan di FS. Dia yang pertama kirim msg dan nge-add aku. Trus kami imel2an dan ceting. Trus kami tukeran nomer hape. Trus dia nelpon aku. Lama-lama… you know laaahhh…."
 "Kamu udah tahu sejak awal kan kalok dia udah merit?" 
"Iya. Tadinya kan aku pikir gak ada salahnya kami berteman. But he is very very very very very charming, Mal. Orangnya cukup terkenal (belom

Now You Know

A start is always hard.
But being consistence is even harder. Seperti pagi ini, aku bangun dan merasa tubuhku ‘berotot kawat balung wesi’. Susah banget untuk digerakkan. Aku melakukan stretching bentar. Ugh, tetep aja masih kaku-kaku. Bahkan untuk membuka baju sendiri aja susah. Efek samping fitnes, kurasa. Huh, rasanya nggak pengen exercise lagi hari ini. Apa iya masih kuat angkat2 beban dengan lengan pegal2 gini? Sampai2 aku berharap Nindipong nggak mau ditinggal di sekolah biar aku ada alasan untuk enggak latihan. Tapi, kalok latihan cuma satu hari, apa gunanya?
Mana orang yang kemaren bilang, pengen bugar n kencang?
Whuuu… kayak orang yang bilang pengen nulis novel tapi cuman nulis judulnya doang! Daripada malu karena udah koar2, aku berangkat juga ke gym.
Dikasih latihan yang lebih berat lagi. Dan ternyata, kalau sudah dijalani, nggak seberat yang kita pikirkan. Ternyata jadi bugar itu enak. Aku menghadiahi diriku sekerat roti BreadStory hari ini, karena udah mau konsisten ne

Fitnes, Penting Gak Sih?

Today is my first day at gym.   Gara-garanya, aku reaksioner waktu Nino bilang, "Mamapong, sekarang tambah gemuk deh. Bisa nggak seperti dulu lagi?"   Whoa, jadi panas rasanya. Langsung deh besoknya aku daftar ke gym deket rumah. Hari ini mulai latihan. Satu setengah jam dengan menu yang kebanyakan menurutku untuk seorang pemula.   Melatih dada, punggung, paha, perut, lengan. Wuih! Yang lumayan menghibur adalah: di sini ketemu cowok-cowok bertubuh sentosa. huahahaha. Sehat-sehat banget. Sixpack gitu loh… Apalagi trainernya. Zaki n Hero (namanya aja udah hipos!).   Sebenarnya, penting gak sih ikut fitnes? Cuma gara-gara omongan Nino doang, atau emang aku sendiri pengen menjadi bugar? cieh…   Tapi lumayan juga sih, rasanya, abis olahraga. Pasti lebih mending daripada olahraga jari doang (ceting di YM, huehehehe). Besok, pas bangun, tinggal nunggu pegel2nya.   Trus sebulan lagi, aku pengen Nino bilang: "Kamu kok tambah seksi sekarang?" A.K.