Posts

Showing posts from February, 2016

KONTEN POSITIF

Image
Progress Big A (14 thn) kuliah di Stanford Online Di TL saya banyak ortu yang nge-share berita-berita 'menyeramkan' mulai dari kejadian pelecehan seksual, mainan dari kondom bekas, grup sosmed LGBT anak, tayangan kekerasan di sinetron, sms pacaran yang menjurus ke seks bebas, buku tulis bergambar pornografi, sampai buku cerita bermuatan pornografi (padahal hoax). Postingan ini dibagikan, ditambahi dengan komentar ngeri dan takut, seolah-olah seluruh dunia bersatu ingin menghancurkan anak-anak kita. Saya sadar, tahu dan waspada bahwa ada banyak sekali hal-hal negatif di sekitar kita, di dunia maya maupun nyata. Namun saya rasa kita sebagai orang tua jangan sampai diteror oleh rasa takut. Ketakutan yang berlebihan hanya akan membuat kita mengambil keputusan yang tidak masuk akal (berlebihan) dalam mengasuh anak. Tiap kali mendapat berita ngeri, saya cek apa beritanya benar? Kalau memang benar, apa yang perlu saya lakukan untuk melindungi anak-anak saya? Sudah

KOMPLET

Image
My two beautiful and smart daughters. I'm complete alright. "Kapan nambah anak satu lagi? Yang cowok, biar komplet!" Saya agak gimanaaa gitu kalau denger kalimat di atas. Biasanya sih memang diucapkan dengan nada guyon, atau basa-basi kalau nggak ada hal lain yang bisa diomongkan. Saya biasanya juga cuma nyengir aneh. Mesti jawab apa coba?  Pertama, kita tidak bisa memilih jenis kelamin anak. Semua juga tahu, kan? Kekhawatiran saya, keputusan untuk memiliki anak berikutnya hanya karena preferensi jenis kelamin, dan akhirnya t idak terkabulkan, akan menimbulkan kekecewaan dan berakibat buruk pada bayi. Yang kedua, saya sudah merasa komplet dengan dua anak sekarang ini, perempuan semua. Kalau pun misalnya saya diberi anak laki-laki semua, insyaallah saya juga akan merasa komplet. Apa sih sebenarnya bedanya memiliki anak laki-laki dan anak perempuan? Kalau perempuan bisa didandani, diajari menjahit, diajak masak bareng? Well , anak perempuan pertama sa

ICIP-ICIP KULIAH

Image
Sejak kelas 7 (kelas 1 SMP), Big A sudah gelisah memikirkan pengen ambil jurusan apa saat kuliah nanti. Pertama, dia ingin kuliah Sastra Inggris. Gara-garanya, dia nge-fans sama JRR Tolkien dan pengen menulis skripsi tentang karya Tolkien. Tidak cuma pengen kuliah sastra Inggris, dia pengen kuliahnya di Oxford! Emaknya garuk-garuk kepala. Kemudian dia mulai tertarik belajar Filsafat. Bapaknya yang mulai ketar-ketir. Kami yakin dia akan menjadi mahasiswa Filsa fat yang sukses. Tapi setelah itu mau ngapain? Di Indonesia, keahlian di bidang ilmu ini kurang dihargai. Lalu Big A malah jadi tertarik belajar Perbandingan Agama. Waduh, berat Nak, beraaaat. Sampai sekarang, "kuliah jurusan apa" masih menjadi topik diskusi yang hangat di meja makan kami. Saya ingin Big A tetap membuka peluang seluas-luasnya untuk pilihan jurusan. Saya ingin dia mendapat informasi sebanyak-banyaknya. Kami banyak berdiskusi tentang berbagai topik, mulai dari agama sampai ekonomi, mu

HELPER

Image
  Selama lima setengah tahun tinggal di Sydney, kami hidup tanpa pembantu rumah tangga. Di sana, punya PRT/ART memang tidak usum . Hanya orang super kaya yang bisa menggaji pembantu sesuai UMR: $15 per JAM. Saya dan suami terbiasa melakukan semua pekerjaan rumah tangga bersama-sama. Ketika saya bekerja full time di salah satu supermarket, Big A (waktu itu kelas 1 SD) kami titipkan di program OSHC (Out of School Hour Care) sekolahnya karena saya baru pulang kerja jam 4 sor e sementara sekolah selesai jam 3 sore.  Setelah kembali ke Surabaya, kami punya ART sebentar, kemudian dia pamit. Ya sudah lah, kami kembali ART-less. Saya toh sudah biasa hidup tanpa ART. Saya juga bekerja dari rumah, jadi rumah tetap ada yang nunggu, kiriman dari online shop tetap sampai ‪#‎ ehgimana‬ :p Anak-anak kami libatkan dalam pekerjaan rumah tangga. Big A tugas utamanya membuang sampah, mencuci piringnya sendiri dan membersihkan kamarnya sendiri. Little A menyiram tanaman dan merapika