Dealova

Rating:★★
Category:Books
Genre: Teens
Author:Dyan Nuranindya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 303
Tahun pertama terbit: 2004

Spoiler Alert!!!

This book is my 25th birthday present from The Smartest Guy On Earth (that belong to me, hehehe): Nino. He wrote inside the cover: Please always remember that you are a talented and a beautiful woman, and a wonderful and loving mother and wife.
Aarrgghh, what can I say?

Ehm, back to the review (kok malah ngelantur). Novel ini konon kabarnya, sampai review ini ditulis, adalah novel best seller, sudah lebih dari 60 ribu eksemplar (itung sendiri tuh Dichiel dapet royalti berapa, hehehe). Aku sendiri masih heran, kenapa kok sampai novel ini jadi best seller. Padahal cerita dan penulisannya enggak begitu istimewa. Mungkin (jadi berandai-andai) karena ini novel teenlit pertama yang diterbitkan GPU, sehingga banyak banget remaja haus bacaan yang beli novel genre baru ini. Waktu itu, GPU sudah banyak nerbitin teenlit terjemahan semacam Princess Diary (yang menurutku enggak begitu bagus juga). Nah, Dealova ini satu-satunya yang berbahasa Indonesia dan nggak ada saingannya. Tentu saja novel asli Indonesia lebih enak dibaca oleh remaja sini daripada novel terjemahan, karena novel buatan dalam negeri terasa “gue banget.” Novel ini jadi fenomenal dan ‘melegenda’, apalagi setelah diangkat ke layar lebar (sayang banget, film-nya hancur lebur jadi abu, masih mendingan novelnya!). Apalagi waktu orang-orang denger soundtrack Dealova yang dinyanyiin Once dengan mengharu-biru. Semua orang semakin penasaran dan semakin ingin baca, sampai sekarang…

Loh, kok malah jadi panjang ngebahas tentang best-seller? Jealous ya Mbak? Hehehe… *wajahnya memerah karena ketahuan*

Well, novel ini bercerita tentang Karra, cewek tomboy yang jago basket. Dia punya kakak cowok namanya Iraz. Terus Iraz ini punya temen namanya Ibel, yang naksir ama Karra. Duh, nama-namanya nggak enak banget! (Karra? Santan kalee…) Sementara itu, di sekolah Karra ada anak baru namanya Dira, yang jago maen basket, yang sok cool dan sengak sama Karra. Padahal sebenarnya Dira naksir Karra juga loh.

This is cliché: Ada cowok ganteng yang cuek dan ngeselin. Pertamanya si cewek sebel banget tapi lama-lama jadi suka.
This is also cliché: Terus si cowok itu punya penyakit gawat apa gitu, yang akhirnya bikin dia meninggal.
“Arrgghh, kok pakai mati segala sih?” Kalau Dira-nya nggak mati, novelnya cuman separo dong, hehehe. Karena Dira mati, akhirnya Karra jadian sama Ibel. Gitu doang!

Emang harus diakui, gaya penceritaan Dichiel (ini panggilan akrab Dyan Nuranindya, boleh dong sok akrab, kan udah jadi temen di Friendster, hehehe) asyik banget. Sometime dia konyol, sometime romantis abis dan mengharu biru. Apalagi di bagian Dira meninggal, that’s the best part. Ah, iya, ini dia yang bikin novel ini laris manis.

Dan, novel ini ditulis waktu Dichiel masih SMP loh… Gilak, anak ini emang berbakat banget. Untuk ukuran anak SMP ya ini jenius banget. Mestinya sekarang Dichiel bisa bikin novel yang lebih hebat dan lebih dalem dari yang ini. Iya nggak sih?

A.K.


Comments

Yuli Satriana said…
iya, sayang filmnya anchur malah kayak sinetron gitu.....
yang aku suka soundtrack albumnya
Yuli Satriana said…
iya, sayang filmnya anchur malah kayak sinetron gitu.....
yang aku suka soundtrack albumnya
boy simbolon said…
untuk ukuran anak smp???
skrg aja ukuran nya masi kaya ank amp ko'
wakakakak

Popular posts from this blog

Naik Garuda

Resep Diet Mayo 13 Hari

Berbunga-bunga Karena Bunga: Catatan Dua Puluh Tahun Bersama

SISTEM ZONASI SEKOLAH DI JERMAN: Pengalaman Lil A Masuk Gymnasium

ACCEPTANCE