Posts

Showing posts from 2018

BUKU YANG KUBACA 2018

Image
Di tahun ini, aku lebih banyak baca buku digital dibandingkan buku fisik. Nyaris tidak beli buku fisik lagi. Sepanjang tahun cuma beli 3 buku fisik berbahasa Jerman untuk anak-anak. Untuk buku digitalnya, aku beli di Amazon (kindle), Google Play Books (hp android), dan langganan Gramedia Digital (dulu Scoop) yang kubaca di iPad mini. Kelebihan beralih ke digital, aku lebih mementingkan baca buku daripada beli buku (nggak usah tersinggung, aku nggak sekad ar mengingatkan  🙏  kok  😂 ). Cukup beli ebook yang benar-benar mau kubaca aja. Ini daftar lengkap bukunya ya. 1. The Danish Way of Parenting - Jessica J. Alexander & Iben D. Sandahl. Ini buku yang kuterjemahkan ke bahasa Indonesia, diterbitkan  Bentang Pustaka . Strongly recommended. 2. Aroma Karsa - Dee Lestari . Aku bacanya di hape, langganan cerita bersambung Senin-Kamis dari Bookslife. 3. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi -  Yusi Avianto Pareanom . Satu-satunya buku cetak yang kubawa ke Frankfurt, hadiah dari

MENJADI IBU YANG TIDAK SEMPURNA

Image
Lil A dan hasil masakannya. "Yak, sudah enak." Menjadi ibu itu berat. Apalagi ibu zaman sekarang ya, yang kadang dituntut untuk tampil sempurna di sosial media. Sebenarnya ya nggak ada yang nuntut sih. Tapi kadang kita mbatin kalau ada postingan ibu-ibu yang bikin kita iri, bisa masakin bekal anak tiap hari, dibentuk lucu-lucu, anak-anaknya pakai baju tersetrika licin, seragam putihnya tanpa noda berkat bayclin. Sungguh aku kagum padamu ibu-ibuuuu. Tapi apa benar anak-anak kita membutuhkan sosok ibu yang sempurna? Yang selalu siaga mengerjakan apapun dengan cepat dan tepat, nggak pernah mengeluh, dan nggak pernah salah? Ibu juga manusia kaleee, nggak ada yang sempurna. Dulu pas jadi ibu muda, saya pun berusaha ikut ‘perlombaan tak kasat mata’ untuk jadi ibu yang sempurna. Hati saya teriris-iris melihat postingan bekal anak unyu-unyu, sementara saya cuma bisa gorengin nugget. Bisa ditebak insekyuriti saya di bidang apa, hahaha. Tapi lambat laun saya sadar kalau perlo

BODY SHAMING

Image
Ayesha dan sahabatnya di sekolah Beberapa minggu terakhir ini saya dan Nino mendampingi anak kami, Ayesha (10 tahun) melawan perundungan yang dia terima di sekolahnya. Ini masalah laten sih, bukan cuma sekali ini saja dia jadi korban bullying, dan nggak cuma di sekolah yang sekarang saja (Grundschule di Frankfurt). Saya tulis catatan ini untuk jadi pengingat bagi kita semua. Perawakan Ayesha memang lebih kecil dari teman-teman sebayanya. Di Indonesia pun dia sudah paling kecil sekelas. Bisa dibayangkan perbedaan fisiknya dengan anak-anak di Jerman sini. Suatu hari dia pulang sekolah sambil mewek. Dia cerita kalau ada temannya yang ngejek-ejek dia karena dia kecil. Reaksi pertama saya adalah ikutan mangkel. Ini pertama kali kejadian di sini. Haduh, udah di negara maju kok ya tetap ada beginian. Tambahan lagi ketika Ayesha sebut nama si tukang bully. Saya sampai kelepasan bilang, 'Udah dikasih nama dengan arti bagus gitu kok kelakuannya jahat.' Kedengar