Looking For Alibrandi

Rating:★★★★★
Category:Books
Genre: Teens
Author:Melina Marchetta
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 325 (tapi hurufnya kecil-kecil)
Tahun pertama terbit: 2004

Spoiler Alert!!!

This is my favorit teenlit. Dari covernya, aku tahu kalau novel ini akan bagus. Dan bener, nggak nyesel deh bacanya. This novel is also special for me, because Nino (remember? the smartest guy on earth?) gave it to me without any reason nor occasion. He just wanted to give me something. He wrote inside the cover: Buat Mamapong, jangan kelamaan jadi pembaca doang. Semoga namamu cepat ada di sampul depan!
And I did, nine months after that.

Pasti ada apa-apanya dong kalau aku sampai ngasih bintang lima, which means PERFECT to this novel.

Novel ini diterbitkan di Australia tahun 1992 dan meraih banyak penghargaan. Looking for Alibrandi berkisah tentang Josephine Alibrandi, cewek 17 tahun, hampir lulus SMA. Josie tinggal bersama ibunya yang single parent dan neneknya yang kuno. Josie banyak menghadapi masalah:

1. Dia adalah keturunan Italia. Teman-temannya memanggilnya ‘wog’, ejekan untuk orang-orang keturunan yang bukan asli Australia. Emm, mungkin kayak orang-orang keturunan Cina di sini yah. (fyi, orang-orang Australia emang masih banyak yang rasis). Josie sendiri pengen dianggap orang Australia, karena toh dia juga lahir di sana, dan malah sama sekali belum pernah ke Italia.
2. Neneknya kolot banget, sering menasehati dengan nasehat out of date dan memaksa Josie untuk melakukan ritual orang-orang Italia-yang menurut Josie sih enggak penting.
3. Ibunya tidak pernah menikah (yang berarti Josie anak di luar nikah or people may say anak haram, whiii, aku sama sekali enggak setuju istilah ini). Josie baru saja tahu siapa ayahnya dan akan bertemu dengannya pertama kali.
4. Josie akan menghadapi ujian akhir yang bikin stress banget (semacam UAN-lah kalau disini).
5. Pacarnya enggak bisa ngertiin kenapa Josie harus nyembuiin hubungan mereka. Kenapa mereka enggak kayak pasangan remaja normal lainnya?
6. Sobat terbaiknya, yang menurut Josie pinter dan perfect, mati bunuh diri.

Hah! What a story! Meskipun banyak banget masalah yang mesti dihadapi Josie dalam cerita ini, ceritanya enggak bikin pembaca mengerutkan kening kok. Marchetta pinter banget meramu cerita, alurnya runtut, jelas, dan padat, nggak ada kisah berlarat-larat yang enggak perlu atau yang bikin bosan. Karakter Josie digambarkan dengan kuat banget, khas remaja yang meledak-ledak dan sinis. Kesinisan ini yang diubah Marchetta menjadi guyonan cerdas. Ending ceritanya bagus banget, ada kejutan yang enggak akan diduga sama sekali oleh pembaca, meskipun tadinya udah diberi clue (argh, pembaca terlena).

Duh, mesti ngomong apa lagi? Baca sendiri deh novel ini. Highly recommended to read, apalagi buat para calon penulis novel. Ini contoh novel teenlit yang bagus banget. Mestinya novel-novel teenlit tuh kayak gini semua. Also highly recommended for those who says teenlit itu enggak ada isinya, but actually he/she never read teenlit. Wah, kalok mo meng-kritik atau mencerca , otaknya diisi dulu dong, Mas/Mbak! Hehehe.

Like what I said before, this novel is just perfect!

A.K.

Fyi, novel ini diangkat jadi film dan beredar di Australia. Pengen banget nonton, cuman gimana caranya?

Comments

aDHe gusti said…
nih buku aku suka banget

Popular posts from this blog

Naik Garuda

Resep Diet Mayo 13 Hari

Berbunga-bunga Karena Bunga: Catatan Dua Puluh Tahun Bersama

SISTEM ZONASI SEKOLAH DI JERMAN: Pengalaman Lil A Masuk Gymnasium

ACCEPTANCE