[Berakhir Pekan di Kiama] Pantai dan Pantai Lagi

Kiama, kota kecil di sebelah selatan Sydney menjadi tujuan jalan-jalan kami mengawali liburan musim panas kali ini.

(baca tiga cerita sebelumnya)

Nggak komplet rasanya liburan musim panas tanpa basah-basahan di pantai. Sejak sampai Kiama, Anindya sudah ngebet pengen berenang di pantai. Sayangnya cuaca waktu itu agak mendung dan udara sejuknya masih terlalu dingin untuk main ke pantai. Tambahan lagi suhu air pantai yang masih sedingin es. 

Di motel tempat kami menginap ada kolam renang kecil berair asin. Meski dingin, Anindya ngotot mengajak berenang. Saya tidak kuasa menolak ajakannya, menemani Anindya masuk kolam sambil menggigil. Untung renangnya nggak berlangsung lama. Kami langsung mandi air hangat begitu selesai.

Saya pikir Anindya sudah puas dengan berenang di kolam. Ternyata sorenya dia masih ingin ke pantai. Ini setelah kami bosan bengong duduk memandang pantai dari jendela kamar sambil ngemil rope dan pretzel. Karena Nino masih nyenyak tidur siang, saya bawa anak-anak menyelinap dari motel, melewati pintu belakang dan menyeberang taman. Hanya perlu waktu dua menit untuk sampai di Surf Beach. Kami hanya berbekal handuk pantai saja untuk duduk-duduk.


Surf Beach ini pantai berpasir putih, merupakan ceruk kecil, tapi ombaknya besar. Sesuai namanya, pantai ini sering digunakan untuk berselancar. Saya sendiri heran, lumayan banyak orang yang berselancar di suhu air sedingin ini. Mungkin kalau sudah asyik di air tidak terlalu terasa dinginnya. Seperti Anindya yang asyik bermain dengan ombak. Sementara Ayesha bermain pasir dan mengejar burung-burung camar. Sesekali Ayesha mengikuti kakaknya mengejar ombak.

Di musim panas, matahari baru terbenam lewat pukul delapan. Sekitar jam tujuh, pantai sudah mulai sepi, para peselancar sudah menggotong papan mereka pulang. Penjaga pantai juga sudah berkemas dan menggulung bendera mereka. Saya sudah sms Nino bahwa kami ada di pantai, tapi tidak ada tanda-tanda dia sudah bangun. Saya telpon dia dan menyuruhnya menengok ke jendela. Anindya heboh melambai-lambaikan tangannya. Kami berbilas di pancuran air bersih yang disediakan di pinggir pantai dan pulang. Anindya yang lumayan basah mandi sekali lagi. Sementara saya (seperti biasa) merasa sudah cukup mandi yang tadi.

Esoknya kami keluar dari motel dan menuju ke Wollongong. Kota ini bisa dicapai sekitar setengah jam saja dari Kiama ke arah utara. Wollongong terkenal sebagai kota industri. Di sini ada universitas yang lumayan terkenal, yaitu University of Wollongong. Saya ingat, pertama kali mendengar nama universitas ini di Jogja ketika saya kuliah dulu. Waktu itu (mungkin sampai sekarang) ada program double degree di Fakultas Ekonomi UII bekerja sama dengan Universitas Wollongong ini. Nggak tahu, mungkin yang dimaksud Wollongong di Australia sini atau mungkin di negara lain?

Kami sempat masuk dan berputar-putar di Universitas Wollongong sebelum akhirnya menuju pantai (lagi). Kami memarkir mobil di dekat South Beach. Pelabuhan Wollongong mempunyai dua mercusuar, satu di selatan dan satu di utara. Memanjang dari mercusuar tersebut adalah pantai selatan dan pantai utara. 

Pantai selatan Wollongong berpasir putih, lumayan panjang dan memiliki ombak yang besar. Ditambah lagi angin waktu itu begitu kencang. Kami menggelar sarung pantai di dekat markas para penjaga pantai.

Di Australia, banyak pantai yang dijaga oleh penjaga pantai (life guard). Mereka memasang dua bendera merah-kuning untuk menandai garis pantai yang aman untuk berenang. Biasanya wilayah di antara dua bendera ini ramai dengan keluarga dan anak-anak. Untuk cari aman, kami selalu bermain di dekat life guard ini.

Tanpa dikomando, Anindya langsung berganti baju dan nyebur ke laut. Dalam sekejap, ombak besar menghantamnya dan membuatnya basah kuyup. Ayesha seperti biasa asyik membangun istana pasir dengan cup plastik bekas minuman. Cuaca lumayan panas kali ini. Saya sendiri membangun kursi pasir, menyelimutinya dengan sarung bali dan membaca novel. Sesekali saya melerai anak-anak yang bertengkar. Ayesha  biarpun kecil sering sekali mengganggu kakaknya, kali ini berusaha menghancurkan istana pasir buatan Kakaknya.

Dari pantai di Wollongong, hanya perlu satu setengah jam untuk sampai di rumah lagi. Mungkin tahun depan (atau bulan depan?) kami akan mencoba bermobil ke sebelah utara Sydney.

- tamat - 

A.K.

Comments

Dini Rachmawati said…
pertama kali tau pantai wollongong dari foto2 sodara yang pernah tinggal disana. masih bersih seperti dulu ya..
ade kumalasari said…
bersih banget, soalnya pengunjung sini 'nggak tega' buang sampah sembarangan. lagian, di mana-mana ada tempat sampah kok.

Popular posts from this blog

Memulai Investasi Reksadana

Live The Dream

Fitnes, Penting Gak Sih?

"LHO MASIH KECIL KOK SUDAH KELAS 2?"

Love at Every Byte

Kiriman Tak Sampai

Penulis Kurang Gizi

Testimonial

The Drama