Baca Koran Pagi
Dengan adanya teknologi e-paper, kami sekarang bisa baca Kompas cetak pagi-pagi, lebih dulu dari pelanggan di Indonesia. Asyiknya lagi, layanan ini gratis.
Syaratnya tentu saja sambungan internet dengan kecepatan tinggi. Sambungan internet pita lebar kami saat ini mencapai 2.375 kpbs (barusan saya cek, mohon maaf kalau ada yang iri ^_^). Dengan kecepatan seperti itu dibutuhkan sekitar 30 detik untuk membuka setiap halaman koran.
Sebelum ada e-paper, kami sudah lumayan puas mengintip berita tentang Indonesia di kanal-kanal berita online. Tapi, rasanya kok lebih mantap kalau membaca koran tradisional, halaman per halaman. Saya juga kangen membaca koran minggu dengan cerpen dan benny&mice-nya. Nino juga terpuaskan membaca opini dan mengkritik segala macam huru-hara politik. Sudah saya bilang agar dia memulai menulis blog, daripada hanya saya yang menjadi pendengar setia komentar-komentar cerdasnya, tapi ya, memang calon phD yang satu ini sibuk sekali .
Saya tidak perlu kecewa salah menerima suplemen seperti Adik saya yang tinggal di perbatasan Jogja - Jateng, karena saya bisa membaca suplemen dari SEMUA daerah. Saya bisa mengintip apa kabar Sultan setelah nggak jadi nyalon presiden. Juga kabar Pakdhe Karwo sedang sibuk menggusur (maaf, menata) kampung Surabaya bagian mana. Saya kadang juga iseng mengamati iklan-iklan tanah atau rumah dijual di Jogja (hehehe, siapa tahu dapat rejeki nomplok...).
Nikmat sekali rasanya bisa baca koran pagi, ditemani teh panas dan ubi goreng.
A.K.
Syaratnya tentu saja sambungan internet dengan kecepatan tinggi. Sambungan internet pita lebar kami saat ini mencapai 2.375 kpbs (barusan saya cek, mohon maaf kalau ada yang iri ^_^). Dengan kecepatan seperti itu dibutuhkan sekitar 30 detik untuk membuka setiap halaman koran.
Sebelum ada e-paper, kami sudah lumayan puas mengintip berita tentang Indonesia di kanal-kanal berita online. Tapi, rasanya kok lebih mantap kalau membaca koran tradisional, halaman per halaman. Saya juga kangen membaca koran minggu dengan cerpen dan benny&mice-nya. Nino juga terpuaskan membaca opini dan mengkritik segala macam huru-hara politik. Sudah saya bilang agar dia memulai menulis blog, daripada hanya saya yang menjadi pendengar setia komentar-komentar cerdasnya, tapi ya, memang calon phD yang satu ini sibuk sekali .
Saya tidak perlu kecewa salah menerima suplemen seperti Adik saya yang tinggal di perbatasan Jogja - Jateng, karena saya bisa membaca suplemen dari SEMUA daerah. Saya bisa mengintip apa kabar Sultan setelah nggak jadi nyalon presiden. Juga kabar Pakdhe Karwo sedang sibuk menggusur (maaf, menata) kampung Surabaya bagian mana. Saya kadang juga iseng mengamati iklan-iklan tanah atau rumah dijual di Jogja (hehehe, siapa tahu dapat rejeki nomplok...).
Nikmat sekali rasanya bisa baca koran pagi, ditemani teh panas dan ubi goreng.
A.K.
Comments
disini bisa sampe 1 menit kadang lebih malah
30 detik
Btw, kalo boleh tau, Mas Nino kerja di mana sebelum ini? Dosenkah? Soale biasanya yg paling gampang dapet scholarship S3, dosen je :-(
* phD = permanent head damage
*ketahuan nggak pernah buka*