Penulis Kurang Gizi
Tinggal di Sydney membuat saya kekurangan suplai bacaan bergizi, terutama novel-novel Indonesia terbaru.
Memang sih, di sini saya bisa membaca novel-novel berbahasa Inggris terbaru. Tinggal pinjam di perpus, gratis. Saya mudah mendapatkan novel Stephenie Meyer setelah Twilight, buku fairytale terbaru JK Rowling, novel Gossip Girl dan lanjutannya: IT Girl. Saya juga punya koleksi diary Adrian Mole, Jodi Picoult dan Judy Blume. Saking banyaknya buku dan sedikitnya waktu, buku-buku dari perpus hanya numpang lewat saja di rak buku saya, mabuk pinjam dan dikembalikan lagi setelah tiga minggu. Bahkan saking kemaruknya saya pernah bawa pulang My Sister Keeper dari perpus, padahal saya sudah punya bukunya di rumah (hasil berburu dari Book Sale).
Asyiknya, saya bisa 'belajar' bercerita dari novel-novel itu. Saya suka sekali gaya cerita Cecily von Ziegesar, penulis serial Gossip Girl (diterjemahkan nggak ya di Indo?). Ceritanya nakal sekali, tapi penulisnya pintar bertutur, membuat pembaca ketagihan. Kejadian yang hanya satu minggu dia ceritakan dalam satu buku. Saya bisa membaca novelnya sekali teguk.
Tapi latihan membaca saya sering tidak seimbang dengan 'kerja menulis' saya. Ketika mulai menulis dalam bahasa Indonesia, otak saya bingung karena terkadang saya berpikir dalam bahasa Inggris (hasil dari terlalu banyak membaca novel bahasa Inggris). Saya terbata-bata menulis karena kehilangan banyak kosakata bahasa Indonesia. Jalan satu-satunya adalah mulai kembali membaca novel-novel berbahasa Indonesia.
Saya mengimpor novel-novel teenlit terbaru, termasuk penulis favorit saya: Ken Terate dan Dyan Nur Anindya. Adik saya mengirim paket lewat pos Indonesia yang ternyata sampai dalam seminggu. Ongkos kirimnya sih lumayan mahal, tapi terbayarlah dengan kerinduan saya membaca novel Indo. Moga-moga dengan begini saya tidak kekurangan gizi lagi dan otak saya kembali seimbang.
A.K.
Memang sih, di sini saya bisa membaca novel-novel berbahasa Inggris terbaru. Tinggal pinjam di perpus, gratis. Saya mudah mendapatkan novel Stephenie Meyer setelah Twilight, buku fairytale terbaru JK Rowling, novel Gossip Girl dan lanjutannya: IT Girl. Saya juga punya koleksi diary Adrian Mole, Jodi Picoult dan Judy Blume. Saking banyaknya buku dan sedikitnya waktu, buku-buku dari perpus hanya numpang lewat saja di rak buku saya, mabuk pinjam dan dikembalikan lagi setelah tiga minggu. Bahkan saking kemaruknya saya pernah bawa pulang My Sister Keeper dari perpus, padahal saya sudah punya bukunya di rumah (hasil berburu dari Book Sale).
Asyiknya, saya bisa 'belajar' bercerita dari novel-novel itu. Saya suka sekali gaya cerita Cecily von Ziegesar, penulis serial Gossip Girl (diterjemahkan nggak ya di Indo?). Ceritanya nakal sekali, tapi penulisnya pintar bertutur, membuat pembaca ketagihan. Kejadian yang hanya satu minggu dia ceritakan dalam satu buku. Saya bisa membaca novelnya sekali teguk.
Tapi latihan membaca saya sering tidak seimbang dengan 'kerja menulis' saya. Ketika mulai menulis dalam bahasa Indonesia, otak saya bingung karena terkadang saya berpikir dalam bahasa Inggris (hasil dari terlalu banyak membaca novel bahasa Inggris). Saya terbata-bata menulis karena kehilangan banyak kosakata bahasa Indonesia. Jalan satu-satunya adalah mulai kembali membaca novel-novel berbahasa Indonesia.
Saya mengimpor novel-novel teenlit terbaru, termasuk penulis favorit saya: Ken Terate dan Dyan Nur Anindya. Adik saya mengirim paket lewat pos Indonesia yang ternyata sampai dalam seminggu. Ongkos kirimnya sih lumayan mahal, tapi terbayarlah dengan kerinduan saya membaca novel Indo. Moga-moga dengan begini saya tidak kekurangan gizi lagi dan otak saya kembali seimbang.
A.K.
Comments
ceritanya memang gaul banget...:-)
ataukah hanya soal adaptasi semata?
trims&salam
tips:
zangan lupa sarapan pagi, supaya tidak kekurangan glukosa,
yang akibatnya...lemah, letih, tangan gemetaran, pening...dll