[Berakhir Pekan di Kiama] Pasar Minggu


Mengawali liburan musim panas, kami sekeluarga mengunjungi Kiama, dua jam bermobil dari Sydney ke arah selatan.

(lihat cerita sebelumnya)

Kami menginap dua malam di motel. Motel Kiama Cove, tempat kami menginap, lokasinya lumayan strategis, dekat sekali dengan pusat kota, tinggal jalan ke pusat atraksi wisata di Kiama, dan lebih asyik lagi, pantai terdekat tepat di belakang motel kami.

Sekilas dilihat dari luar, bangunan motel ini mirip kamar-kamar kos di Jogja. Memang bangunannya tidak begitu menarik, kamarnya juga seperti penginapan biasa. Tapi motel ini bersih, bisa muat dua anak dalam sekamar (dengan tambahan portable cot), dan harganya relatif murah. Kami bayar $139 per malam termasuk sarapan pagi yang cukup untuk sekeluarga. Jangan dihitung dalam rupiah, jatuhnya tetap mahal. Harga segini jauh lebih murah daripada motel/hotel/inn yang lain. Dari jendela kamar yang besar (dari atap sampai lantai) kami bisa memandang Surf Beach. Sayangnya di sebelah kiri ada bangunan jelek yang mengganggu pandangan. 

 
Sarapan pagi sudah disediakan sebelumnya dan disimpan di kulkas mini. Menunya adalah roti (putih dan gandum), sereal, berbagai macam olesan untuk roti (mentega, madu, selai, vegemite), tiga macam jus dan juga susu. Tersedia juga toaster dan perlengkapan untuk membuat kopi/teh. Sarapan yang lumayan untuk cadangan energi mengawali jalan-jalan di pagi hari.

Jalan kaki di Kiama, terasa banget suasana kota kecilnya, orang lalu lalang yang tidak terlalu ramai dan tidak tergesa-gesa, udara yang lebih segar (meskipun Sydney jauh lebih segar daripada Surabaya), dan tiadanya gedung-gedung pencakar langit. Nggak heran Kiama jadi pilihan melarikan diri sejenak dari rutinitas kerja di Sydney. Dari motel, kami berjalan menuju pelabuhan Kiama, melewati bangunan-bangunan tua seperti kantor pos yang dicat warna pink, dan juga gedung tua yang dijadikan kantor bank.

Beruntung kami ke Kiama bertepatan dengan digelarnya Pasar Minggu (Kiama Seaside Market) setiap minggu ketiga tiap bulannya. Di pasar ini dijual bermacam-macam benda kerajinan, mainan, baju, tanaman, buah segar, makanan dan minuman. Saya senang melihat-lihat keramaian di pinggir pantai pasir hitam (Black Beach). Di sini juga digelar beberapa permainan anak-anak, termasuk atraksi memberi makan hewan ternak.


Untuk Ayesha, kami membelikan kincir angin dari kertas. Mainan ini kenangan masa kecil saya, dibeli tiap pasar malam sekaten. Kami juga membeli banyak boneka bekas seharga 50 sen satunya. Selesai melihat-lihat pasar, giliran Anindya yang ingin naik komidi putar. Anindya juga mencoba memberi makan biri-biri. Pertamanya dia takut banget dan sempat dikejar oleh kambing jantan. Saya sih nggak begitu tertarik dengan hewan ternak. Maklum orang desa, sudah biasa lihat kambing, ayam dan bebek.


(bersambung ...)
A.K.

Comments

Leila Niwanda said…
Kincir angin sekaten vs. kincir angin negeri seberang, beda bentuk tapi sama-sama indah ya Mbak...
ade kumalasari said…
yok i. harga beda gak ya, di sini $2,50, sekitar Rp 20.000
toén ☺ said…
ada satu market kecil juga sandstone walk shops di pusat kotanya, tdk jauh dari harbour. Rumah2 kecil bekas tukang batu jaman dulu yg dirubah2 jadi toko, tempatnya sangat menarik.
ade kumalasari said…
kami juga ke situ tapi sudah kesorean jadi toko-toko udah tutup. cuman sempat beli fish and chip di Mexican Resto nya.
selamat berlibur.... disini musim hujan
ade kumalasari said…
makasih... di sydney juga hujan, meskipun katanya musim panas. cuaca memang semakin aneh.

Popular posts from this blog

Memulai Investasi Reksadana

Live The Dream

Fitnes, Penting Gak Sih?

"LHO MASIH KECIL KOK SUDAH KELAS 2?"

Love at Every Byte

Kiriman Tak Sampai

Penulis Kurang Gizi

Testimonial

The Drama