Mother's Day

Di Australia, hari ibu diperingati setiap minggu kedua bulan Mei. Hari Minggu yang lalu, Anindya bangun pagi-pagi untuk memberi kejutan hari ibu untuk saya.

Saya mendapat kartu di dalam piring kertas cantik dan magnetic note untuk ditempel di kulkas. Wah, cocok sekali dengan profesi saya sekarang sebagai penulis daftar belanja mingguan, hehehe. Anindya membuat kartu dan membeli hadiah ini di sekolah. Kartunya berbunyi seperti ini:
"Dear Mum. Thak you for yor help. I want to have a caravan do you mum? I like what you treat me. I have a give for you in the box."

Soooo sweet I wanna cry. Oh, about the caravan, I'll tell you later .

Di sini, perayaan hari ibu lebih personal. Setiap orang mengucapkan selamat hari ibu dan memberi hadiah kepada ibu masing-masing. Tradisi memberi hadiah kepada ibu di hari ibu ini seperti tradisi memberi hadiah natal. Bisa ditebak, toko-toko di Mal berlomba memberi diskon dan harga spesial untuk produk-produk wanita. Begitu juga toko bunga yang jadi ramai pesanan.

Di sekolah Anindya, diadakan bazar hari ibu. Semua siswa diharapkan membeli hadiah untuk ibu mereka masing-masing. Karena ini acara anak-anak SD, harga hadiahnya tentu tidak terlalu mahal, mulai $1 sampai $15. Saya tahu hadiah saya seharga $3, karena Anindya meminta uang ke kami untuk membeli hadiah tersebut, hehehe.

Di Indonesia, peringatan hari ibu setiap 22 Desember lebih umum. Tidak ada tradisi mengucapkan selamat kepada ibu masing-masing dan tanpa tradisi memberi hadiah. Tanggal 22 Desember dipilih karena pada tanggal tersebut, tahun 1928 diadakan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta. Mungkin lebih cocok kalau tanggal tersebut dijadikan Hari Perempuan Indonesia, mengingat perayaan masal yang lebih kepada kegiatan-kegiatan kewanitaan, bukan pada hubungan personal ibu dan anak.

Saya sempat membaca tentang orang-orang yang menolak perayaan hari ibu di Indonesia. Menurut mereka, seharusnya kita memuliakan ibu setiap saat, bukan hanya setahun sekali setiap hari ibu saja. Janganlah kita meniru budaya Barat yang hanya ingat ibu setiap hari ibu saja.

Pendapat di atas ada benarnya juga. Kita memang harus memuliakan ibu setiap saat, bukan hanya setahun sekali. Tapi, di budaya Indonesia, apalagi Jawa (latar belakang saya), jarang ada kesempatan bagi kita untuk mengucapkan terimakasih kepada ibu, atas peran mereka. Atau sekedar mengucapkan "I love you, Mom." Hubungan saya dengan ibu saya lebih ke hubungan patuh, hormat dan berbakti. Ibu saya mungkin akan salah tingkah kalau saya bilang saya sayang padanya. Jadi, kami biasanya memeluk atau mencium tanpa kata-kata.

Menurut saya, peringatan hari ibu sah-sah saja. Kita jadi mempunyai kesempatan untuk mengungkapkan rasa sayang dan terimakasih kita, tanpa harus merasa canggung.

A.K.

Comments

Dina Mama 2F said…
Hubunganku dengan ibu juga canggung.. Pengen sehh memeluk ibu sambil berkata2, tapi kami juga memilih diam, dan membaca pikiran kami masing - masing...Mgkn anak- anak jaman sekarang lbh pintar mengekspresikan perasaannya ya ....
Dini Rachmawati said…
selamat hari ibu... dapat hadiah apalagi dari anak memang mengharukan ya..
huhuhuuuuu.... kalimat yang seperti ini yang suka bikin meleleh yaaaa?....
ade kumalasari said…
iya, di sekolah kan mereka diajari u lebih ekspresif. beda sama sekolah kita jaman dulu, menghafal melulu...
ade kumalasari said…
iya, makanya saya setuju ada hari ibu, hehehe
ade kumalasari said…
iya, langsung lupa sama nakalnya mereka.
irma ^_^ said…
ya benar mba..ungkapan2 seperti kata2 sayang ato terimakasih pada ibu kita..jadi terasa canggung kalu dilakukan di Indonesia..sayapun merasakannya...
irma ^_^ said…
ya benar mba..ungkapan seperti kata2 sayang ato terimakasih pada ibu kita..jadi terasa canggung kalu dilakukan di Indonesia..sayapun merasakannya...
klub sastra said…
Menurutku bila ada satu hari, itu nggak berarti di hari-hari lain kita nggak menghormati ibu kita. Jadi hari ibu? setuju banget. Tapi emang harus latihan bilang "aku sayang ibu" dulu (Niken -- juga besar dalam budaya Jawa).
ade kumalasari said…
kadangkala kalau dipaksain, situasinya jadi aneh.
ade kumalasari said…
"aku sayang ibu," rasanya kayak sinetron ya, Ken.
kalau "kulo tresna dumateng ibu," jadi mirip ketoprak.
Leila Niwanda said…
Soal ungkapan cinta langsung itu, aduh, rasanya memang kagok. Tapi setelah jauhan gini, berhasil juga 'memaksa' diri melisankannya :). Dan betul, ada kalanya momen berupa hari perayaan itu diperlukan...
ade kumalasari said…
setuju banget

Popular posts from this blog

SISTEM ZONASI SEKOLAH DI JERMAN: Pengalaman Lil A Masuk Gymnasium

Satu, Dua, atau Tiga Kecupan?

Dewi Lestari dan Saya

Naik Garuda

Bagaimana Mengajari Anak Menulis?