Contrengan
Sepertinya keren ya kalau ikut pemilu di Luar Negeri? Tadinya saya pikir begitu. Sudah siap-siap dengan kamera poket untuk berfoto-foto. Eh, ternyata batere-nya habis. Duh, batal bergaya deh.
Nino dan saya mengikuti contrengan di Campsie, TPS terdekat dari tempat tinggal kami. Tempat yang dipakai contrengan ini adalah gedung serbaguna, mirip ballroom hotel, yang disewa oleh panitia pemilihan luar negeri. Lumayan keren juga TPS-nya, bebas becek (dan tentu saja bebas ojek, hehehe) karena lantainya berkarpet tebal. Bilik suaranya terbuat dari karton tebal (seperti karton bekas kulkas) yang dimodifikasi. Sederhana dan praktis, selesai acara tinggal dilipat dan bisa digunakan lagi di pilpres mendatang.
Sebenarnya saya tidak terdaftar pada pemilihan kali ini. Ketika masa-masa pendaftaran dulu, saya masih berada di Surabaya (sementara saya ber-KTP Malang). Mungkin juga saya terdaftar di Malang, ah, tidak tahu persis. Tapi katanya memilih di sini tidak perlu ada dalam daftar pemilih, tinggal datang dengan membawa paspor.
Sampai di TPS pun sebenarnya saya tidak tahu akan memilih partai apa atau memilih siapa. Habis, pilihannya tidak ada yang ideal sih. Malamnya saya sudah ngecek di website partai-partai incaran saya, tapi ternyata tidak ada keterangan daftar caleg-calegnya. Gimana sih, mau jualan kok nggak jelas apa yang dijual. Saya kan nggak mau mencontreng kucing dalam karung .
Sembari mengantri pendaftaran, saya lihat-lihat poster caleg-caleg dapil luar negeri. Antriannya nggak pakai lama, jadi saya harus membuat keputusan cepat. Akhirnya saya bisa memutuskan juga di detik-detik terakhir. Pilihan saya? rahasia dong.... Untung contrengan di sini cuma satu kertas suara, untuk DPR Pusat, jadi nggak ribet dan nggak bingung milihnya. Tapi rasanya kok lebih manteb nyoblos ya daripada nyontreng?
Selesai memilih, kami bersilaturahmi dengan beberapa warga Indonesia lain yang hadir. Suasana seru tapi tertib. Lumayan juga jumlah warga Indonesia di luar negeri yang masih mau berpartisipasi dalam ajang pemilu seperti ini. Di gedung Orient ini ada dua TPS yang buka sampai jam 9 malam. Saya sendiri ikut pemilu karena saya masih peduli dan punya harapan terhadap bangsa ini (bukan karena saya takut fatwa MUI lho). Saya merasa golput tidak akan menyelesaikan masalah, dan dengan banyak orang yang golput hanya akan memenangkan partai-partai wajah lama yang mengotori DPR. Iya nggak sih?
A.K.
Nino dan saya mengikuti contrengan di Campsie, TPS terdekat dari tempat tinggal kami. Tempat yang dipakai contrengan ini adalah gedung serbaguna, mirip ballroom hotel, yang disewa oleh panitia pemilihan luar negeri. Lumayan keren juga TPS-nya, bebas becek (dan tentu saja bebas ojek, hehehe) karena lantainya berkarpet tebal. Bilik suaranya terbuat dari karton tebal (seperti karton bekas kulkas) yang dimodifikasi. Sederhana dan praktis, selesai acara tinggal dilipat dan bisa digunakan lagi di pilpres mendatang.
Sebenarnya saya tidak terdaftar pada pemilihan kali ini. Ketika masa-masa pendaftaran dulu, saya masih berada di Surabaya (sementara saya ber-KTP Malang). Mungkin juga saya terdaftar di Malang, ah, tidak tahu persis. Tapi katanya memilih di sini tidak perlu ada dalam daftar pemilih, tinggal datang dengan membawa paspor.
Sampai di TPS pun sebenarnya saya tidak tahu akan memilih partai apa atau memilih siapa. Habis, pilihannya tidak ada yang ideal sih. Malamnya saya sudah ngecek di website partai-partai incaran saya, tapi ternyata tidak ada keterangan daftar caleg-calegnya. Gimana sih, mau jualan kok nggak jelas apa yang dijual. Saya kan nggak mau mencontreng kucing dalam karung .
Sembari mengantri pendaftaran, saya lihat-lihat poster caleg-caleg dapil luar negeri. Antriannya nggak pakai lama, jadi saya harus membuat keputusan cepat. Akhirnya saya bisa memutuskan juga di detik-detik terakhir. Pilihan saya? rahasia dong.... Untung contrengan di sini cuma satu kertas suara, untuk DPR Pusat, jadi nggak ribet dan nggak bingung milihnya. Tapi rasanya kok lebih manteb nyoblos ya daripada nyontreng?
Selesai memilih, kami bersilaturahmi dengan beberapa warga Indonesia lain yang hadir. Suasana seru tapi tertib. Lumayan juga jumlah warga Indonesia di luar negeri yang masih mau berpartisipasi dalam ajang pemilu seperti ini. Di gedung Orient ini ada dua TPS yang buka sampai jam 9 malam. Saya sendiri ikut pemilu karena saya masih peduli dan punya harapan terhadap bangsa ini (bukan karena saya takut fatwa MUI lho). Saya merasa golput tidak akan menyelesaikan masalah, dan dengan banyak orang yang golput hanya akan memenangkan partai-partai wajah lama yang mengotori DPR. Iya nggak sih?
A.K.
Comments
Di indo banyak yg golput, ada pula yg rusuh, caleg yang daftar di RSJ gr2 depresi juga udah mulai ada...
Warna-warni pemilu... :p
aduh aduh....