Sydney Airport

Satu hal yang saya rindukan dari negara maju adalah fasilitas umumnya yang rapi, bersih, gratis dan tersedia di mana-mana. Seperti ketika kami mendarat di Sydney Airport, begitu keluar dari lorong Garuda, ada petugas setempat yang langsung menawarkan pram untuk membawa Ayesha. "Mam, if you need pram for your baby, you can get it at blah blah blah..." Saya cuma bilang terimakasih banyak. Saat itu saya menggendong Ayesha memakai gendongan koala alias bayi ada di depan. Menurut saya gendongan seperti ini yang paling nyaman untuk bepergian karena kedua tangan kita bebas untuk melakukan aktivitas lainnya, seperti menggandeng Kakak Anindya di tangan kanan dan membawa sesuatu di tangan kiri. Rasanya saya juga tidak butuh pram atau kereta dorong bayi karena nantinya masih harus mendorong trolley berisi tiga koper besar.

Di airport, saya memutuskan untuk istirahat dulu di ruang perawatan bayi alias parents room. Di ruang ini tersedia ruang privat (ditutup korden maksudnya) untuk menyusui, biasanya berisi satu sofa yang nyaman dan tissue bersih. Kemudian ada tempat untuk mengganti popok, berikut wastafel untuk cuci-cuci. Ada juga satu set toilet untuk orang tua dan anak. Untuk menghangatkan makanan bayi tersedia microwave. Setelah mencuci muka dan menyuapin Ayesha (hore, dia dapat makanan bayi dari pesawat), kami melanjutkan perjalanan menuju custom alias cukai.

Sebenarnya kalau mau (dan punya uang tentunya), kami bisa belanja-belanji dulu di duty free yang terletak sebelum custom. Tapi, rasa kangen saya kepada Daddy-nya anak-anak mengalahkan nafsu saya berbelanja (dengan kata lain, dolar saya cuman sedikit, hehehe). Untunglah, tempat pengecekan paspor sepi pi, kami tidak perlu antri. Mungkin karena Kamis pagi bukan waktu puncak kedatangan pesawat dari luar negeri. Tiga tahun lalu, kami harus antri panjang karena mendarat hari Sabtu pagi dan kebetulan di bulan Juli, waktu puncak untuk liburan. Tempat pengecekan paspor dan visa terbagi menjadi dua, yaitu untuk pemegang parpor Australia dan New Zealand, serta untuk pemegang paspor lainnya. Beruntungnya saya lagi, kali ini petugas cuma sambil lalu menatap wajah saya dan anak-anak kemudian segera membubuhkan cap kedatangan. Pengalaman yang lalu, paspor saya tidak bisa di-scan dan harus ke bagian khusus. Ini sempat membuat saya deg-deg an meskipun itu jelas bukan salah saya.

Setelah mendapat cap kedatangan, kami segera mencari-cari koper di ban berjalan. Di sini tersedia banyak sekali trolley yang bisa digunakan dengan gratis. Trolley-nya pun jenis yang gampang didorong, bukan yang rodanya dengan aus. Bandingkan dengan bandara Denpasar, porternya lebih banyak daripada trolley-nya, dan kondisi trolley-nya pun... ah, sudahlah.

Dengan kekuatan SuperMom (hahaha) saya berhasil menaikkan tiga koper dengan total angkatan 50 kg ke atas trolley. Begitu bagasi beres, tinggal satu langkah lagi yaitu melewati custom.

Cukai Australia terkenal ketat memeriksa barang-barang bawaan dari luar negeri. Sebelumnya, di pesawat, kami sudah mengisi kartu kedatangan yang menyatakan barang-barang apa saja yang kami bawa. Banyak sekali larangan barang yang boleh dibawa masuk ke Australia, antara lain: makanan segar (bukan dalam kemasan), produk makanan mengandung susu dan keju (kecuali susu formula untuk bayi kalau bayinya ikut bepergian), benda dari kayu, sepatu yang kotor terkena tanah, dan lain-lain. Lengkapnya bisa dilihat di sini. Karena saya sudah sedikit lebih pintar, kali ini saya tidak membawa makanan apapun. Pengalaman yang lalu, saya harus membongkar-bongkar koper memeriksakan setiap makanan yang saya bawa. Kali ini saya hanya membawa souvenir dari kayu yang harus diperiksakan, dan juga traditional medicine. Karena hanya sedikit barang-barang yang harus saya declare, koper-koper saya hanya dilewatkan ke alat X-ray, tanpa membuka koper sama sekali. Alhamdulillah, petugas langsung meloloskan saya dan anak-anak.

Di pintu keluar custom, kami hanya 50 meter jauhnya dari Nino, yang saya yakin sudah menunggu di meeting point.

A.K.

Comments

Dini Rachmawati said…
Selamat ya.....udah sampe di tujuan..
ade kumalasari said…
thanks dini, sempat deg2an juga, tapi alhamdulillah semua lancar.

Popular posts from this blog

HIDUP BOLEH SEDERHANA, PENDIDIKAN JANGAN SEDERHANA

Berbunga-bunga Karena Bunga: Catatan Dua Puluh Tahun Bersama

Time Flies When You Put Your Baby at Childcare

Big Announcement

Bahasa Ayesha

Barbie this arvo?

Naik Garuda

BODY SHAMING

Pengalaman Diet Mayo: 13 Hari Turun 4,5 Kg Tanpa Olahraga