Lakemba Library
Asyik, akhirnya saya berhasil mendaftar sebagai anggota Lakemba Library. Seneng deh punya tempat main baru.
Perpustakaan dijadiin tempat main? Nggak salah tuh? Jangan dibayangkan perpustakaan itu tempat yang dingin, lembab, penuh buku-buku tua berdebu dan dijaga oleh 'grumpy old woman'. Di sini, perpustakaan, meskipun tempatnya kecil (seluas minimarket Indomaret gitu deh), penuh dengan buku-buku baru, majalah glossy, koran dari berbagai bangsa, DVD, CD musik, internet gratis dan pojokan tempat main anak-anak. Gimana nggak asyik?
Sejak pertama datang ke Lakemba, saya sudah berniat cepat-cepat mendaftar sebagai anggota perpustakaan. Syarat menjadi anggota sebenarnya gampang: 1. Photo ID (kartu identitas yang ada foto dirinya) dan 2. Proof of address (bukti kita tinggal di daerah situ). Untuk syarat pertama, saya bisa menggunakan paspor. Syarat kedua ini yang lumayan repot. Di sini, yang biasa digunakan sebagai bukti alamat adalah surat izin mengemudi (di sini nggak ada tuh KTP). Atau, bagi yang tidak punya SIM, boleh menggunakan surat dengan nama dan alamat kita tertulis di amplop. Karena saya tidak punya SIM sini, saya mengakali dengan memaksa Nino mengirim surat untuk saya lewat pos. Dalam dua hari, 'surat palsu' tersebut sampai dan saya segera menuju perpustakaan dengan riang gembira. Ternyata oh ternyata, surat tersebut tidak laku. “I am sorry, Mam, we only accept official letter, not the handwritten one,” begitu kata si petugas. Dia hanya mau menerima surat ofisial seperti bank statement, tagihan listrik, atau tagihan lainnya. Duh, trik saya tidak berhasil.
Mau nggak mau, saya harus meminta surat statement dari bank (selama ini, saya menggunakan layanan online statement, agar hemat kertas) . Untungnya tabungan saya di sini masih ada (rekeningnya yang masih ada, bukan uangnya). Dengan surat dengan nama saya di amplop, baru petugas perpustakaan 'percaya' saya tinggal di Lakemba sini. Dengan kartu sakti perpustakaan, saya boleh meminjam sampai 15 buku, 2 DVD, dan 2 CD. Kartu ini juga berlaku untuk perpustakaan di kelurahan, uhm, maksudnya suburb lain, dalam wilayah Canterbury, yaitu Campsie, Earlwood dan Riverwood. Saya sudah rencana mau ke perpustakaan Campsie yang katanya lebih besar dan lebih lengkap. Letaknya pun strategis, di dalam Mal, hehehe.
Selain buku-buku berbahasa Inggris, perpustakaan di sini juga menyediakan buku-buku dalam bahasa lain, sesuai dengan kebutuhan penduduk di sekitar sini. Di Lakemba disediakan buku-buku berbahasa Bengali, Arab, Mandarin, Korea, Urdu dan Hindi. Tadi sempat saya tanyakan ke petugas, apakah ada buku-buku berbahasa Indonesia? Sayangnya, sekarang ini tidak ada, tapi saya bisa pesan dan mereka akan meminjam dari koleksi perpustakaan lain. Petugas juga memberi tahu kalau di perpustakaan ini ada staff yang bisa berbahasa Indonesia, dan mereka mengadakan pembacaan cerita untuk anak-anak dalam bahasa Indonesia sebulan sekali. Sayang hari ini staff tersebut tidak masuk kerja.
Setelah menitipkan Ayesha agar dijaga kakaknya, saya mulai melihat-lihat koleksi buku yang akan saya pinjam. Tadinya saya sudah mengincar serial Queen of Babble-nya Meg Cabot, tapi kok nggak ada, mungkin sedang dipinjam orang lain. Terus saya lihat beberapa buku Stephenie Meyer terbaru, tapi saya sedang eneq dengan dia secara saya baru saja estafet menamatkan empat buku segede bantalnya. Terus mata saya menangkap sesuatu yang familiar. Majalah glossy dengan cover perempuan yang kayaknya pernah saya lihat. Loh kok ternyata majalah Femina? Dan di sebelahnya adalah tumpukan harian Kompas. Benar-benar asli Kompas saudara-saudara, hanya saja koran terbaru yang ada di situ bertanggal seminggu yang lalu. Ya gapapa deh, bisa dijadikan obat kangen. Untuk membaca berita terbaru kan bisa lewat portal online.
Akhirnya saya mencomot Femina 'terbaru', bertanggal desember tahun lalu (hiks) dan novel kedua dari Marina Lewycka: Two Caravans. Sebenarnya saya masih mau melihat-lihat lagi, tapi Ayesha keburu mengamuk.
A.K.
Perpustakaan dijadiin tempat main? Nggak salah tuh? Jangan dibayangkan perpustakaan itu tempat yang dingin, lembab, penuh buku-buku tua berdebu dan dijaga oleh 'grumpy old woman'. Di sini, perpustakaan, meskipun tempatnya kecil (seluas minimarket Indomaret gitu deh), penuh dengan buku-buku baru, majalah glossy, koran dari berbagai bangsa, DVD, CD musik, internet gratis dan pojokan tempat main anak-anak. Gimana nggak asyik?
Sejak pertama datang ke Lakemba, saya sudah berniat cepat-cepat mendaftar sebagai anggota perpustakaan. Syarat menjadi anggota sebenarnya gampang: 1. Photo ID (kartu identitas yang ada foto dirinya) dan 2. Proof of address (bukti kita tinggal di daerah situ). Untuk syarat pertama, saya bisa menggunakan paspor. Syarat kedua ini yang lumayan repot. Di sini, yang biasa digunakan sebagai bukti alamat adalah surat izin mengemudi (di sini nggak ada tuh KTP). Atau, bagi yang tidak punya SIM, boleh menggunakan surat dengan nama dan alamat kita tertulis di amplop. Karena saya tidak punya SIM sini, saya mengakali dengan memaksa Nino mengirim surat untuk saya lewat pos. Dalam dua hari, 'surat palsu' tersebut sampai dan saya segera menuju perpustakaan dengan riang gembira. Ternyata oh ternyata, surat tersebut tidak laku. “I am sorry, Mam, we only accept official letter, not the handwritten one,” begitu kata si petugas. Dia hanya mau menerima surat ofisial seperti bank statement, tagihan listrik, atau tagihan lainnya. Duh, trik saya tidak berhasil.
Mau nggak mau, saya harus meminta surat statement dari bank (selama ini, saya menggunakan layanan online statement, agar hemat kertas) . Untungnya tabungan saya di sini masih ada (rekeningnya yang masih ada, bukan uangnya). Dengan surat dengan nama saya di amplop, baru petugas perpustakaan 'percaya' saya tinggal di Lakemba sini. Dengan kartu sakti perpustakaan, saya boleh meminjam sampai 15 buku, 2 DVD, dan 2 CD. Kartu ini juga berlaku untuk perpustakaan di kelurahan, uhm, maksudnya suburb lain, dalam wilayah Canterbury, yaitu Campsie, Earlwood dan Riverwood. Saya sudah rencana mau ke perpustakaan Campsie yang katanya lebih besar dan lebih lengkap. Letaknya pun strategis, di dalam Mal, hehehe.
Selain buku-buku berbahasa Inggris, perpustakaan di sini juga menyediakan buku-buku dalam bahasa lain, sesuai dengan kebutuhan penduduk di sekitar sini. Di Lakemba disediakan buku-buku berbahasa Bengali, Arab, Mandarin, Korea, Urdu dan Hindi. Tadi sempat saya tanyakan ke petugas, apakah ada buku-buku berbahasa Indonesia? Sayangnya, sekarang ini tidak ada, tapi saya bisa pesan dan mereka akan meminjam dari koleksi perpustakaan lain. Petugas juga memberi tahu kalau di perpustakaan ini ada staff yang bisa berbahasa Indonesia, dan mereka mengadakan pembacaan cerita untuk anak-anak dalam bahasa Indonesia sebulan sekali. Sayang hari ini staff tersebut tidak masuk kerja.
Setelah menitipkan Ayesha agar dijaga kakaknya, saya mulai melihat-lihat koleksi buku yang akan saya pinjam. Tadinya saya sudah mengincar serial Queen of Babble-nya Meg Cabot, tapi kok nggak ada, mungkin sedang dipinjam orang lain. Terus saya lihat beberapa buku Stephenie Meyer terbaru, tapi saya sedang eneq dengan dia secara saya baru saja estafet menamatkan empat buku segede bantalnya. Terus mata saya menangkap sesuatu yang familiar. Majalah glossy dengan cover perempuan yang kayaknya pernah saya lihat. Loh kok ternyata majalah Femina? Dan di sebelahnya adalah tumpukan harian Kompas. Benar-benar asli Kompas saudara-saudara, hanya saja koran terbaru yang ada di situ bertanggal seminggu yang lalu. Ya gapapa deh, bisa dijadikan obat kangen. Untuk membaca berita terbaru kan bisa lewat portal online.
Akhirnya saya mencomot Femina 'terbaru', bertanggal desember tahun lalu (hiks) dan novel kedua dari Marina Lewycka: Two Caravans. Sebenarnya saya masih mau melihat-lihat lagi, tapi Ayesha keburu mengamuk.
A.K.
Comments
love seeing her reading those books :D
2. Seandainya perpus UGM kayak gitu ya..hik hik, pasti aku udah skripsi tahun 2006 hehehe( fyi, 2006 kan tahun aku masuk, ;p)
2. hehehe, alasan wae.
2. hehehe, alasan wae.
jg bt bacanya.
wah ingat jaman wkt kuliah, t4 main saya kebanyakan perpus kampus. hehe
Sinismenya lumayan.
:D
Kami di Arab Credit Group telah luar biasa ketika datang untuk membantu orang-orang dalam masalah keuanganan mereka dengan utang yang tak terhitung jumlahnya untuk membayar, tugas kami adalah untuk membantu Anda dengan pinjaman untuk menyelesaikan semua masalah keuangan Anda, dan menjadi keuangan yang stabil lagi. platform pembayaran kami sederhana, kami menyediakan Anda dengan suku bunga terendah 2% pinjaman Anda dapat menemukan, Arab Credit Group adalah Perusahaan pinjaman yang dimiliki oleh Keluarga Arab kami, kami telah memutuskan untuk membantu saudara-saudari kami untuk menjadi kuat secara finansial seperti yang diperintahkan Tuhan. kami di sini untuk memberi Anda bantuan untuk sukses dalam hidup.
Hubungi kami dengan.
Perusahaan: Arab Credit Group
Email: Arabcreditgroup@gmail.com
Pin BBM: {E39B5EE5}