Contoh tampilan rekening investasi di Bank Commonwealth Beberapa hari ini saya mendapat pertanyaan dari beberapa teman, "Bagaimana memulai investasi reksadana?" Karena jawabannya bisa panjang, saya tulis saja di blog. Mungkin berguna juga buat yang lain. Teman saya juga bilang, pakai bahasa sederhana saja, ojo ndakik-ndakik , nanti malah nggak mudheng . Beres lah, wong saya juga nggak bisa bahasa yang ribet. Disclaimer : Saya bukan ahli/perencana keuangan, dan tidak dibayar oleh Bank Commonwealth. Yang saya tulis adalah dari pengalaman dan dengan bahasa saya sendiri. Sekiranya ada fakta-fakta yang salah atau menyesatkan (duh, bahasanya), tolong ditulis di komentar ya, nanti akan saya edit kalau perlu. Apa Itu Reksadana? Gampangannya, Reksadana (RD) adalah kumpulan dana dari masyarakat yang dikelola oleh Manajer Investasi untuk dibelikan efek (surat berharga) seperti saham, obligasi (surat utang), sertifikat deposito dll. Jadi kalau kita beli reksadana, kita ikut
Today is my first day at gym. Gara-garanya, aku reaksioner waktu Nino bilang, "Mamapong, sekarang tambah gemuk deh. Bisa nggak seperti dulu lagi?" Whoa, jadi panas rasanya. Langsung deh besoknya aku daftar ke gym deket rumah. Hari ini mulai latihan. Satu setengah jam dengan menu yang kebanyakan menurutku untuk seorang pemula. Melatih dada, punggung, paha, perut, lengan. Wuih! Yang lumayan menghibur adalah: di sini ketemu cowok-cowok bertubuh sentosa. huahahaha. Sehat-sehat banget. Sixpack gitu loh… Apalagi trainernya. Zaki n Hero (namanya aja udah hipos!). Sebenarnya, penting gak sih ikut fitnes? Cuma gara-gara omongan Nino doang, atau emang aku sendiri pengen menjadi bugar? cieh… Tapi lumayan juga sih, rasanya, abis olahraga. Pasti lebih mending daripada olahraga jari doang (ceting di YM, huehehehe). Besok, pas bangun, tinggal nunggu pegel2nya. Trus sebulan lagi, aku pengen Nino bilang: "Kamu kok tambah seksi sekarang?" A.K.
Little A with her boots :) Itu komentar spontan orang-orang yang kaget melihat ukuran tubuh Little A yang mini, lebih kecil dari ukuran 'normal' teman sebayanya. Biasanya dilanjutkan dengan gumaman, "Kukira masih TK." Kalau mendengar yang seperti ini, saya nggak bisa menyembunyikan ekspresi takjub saya. Orang ini mikir nggak kalau ucapannya di depan anak saya langsung bisa menyakiti perasaannya. Little A sempat minder karena ukuran badannya yang kecil. Dia tambah se dih karena orang dewasa terang-terangan mengatakan kalau dia kecil. Ini salah satu reverse culture shock yang harus dia atasi, karena kebiasaan orang-orang di Sydney, apalagi yang belum kenal dekat, pasti hanya mengatakan hal-hal baik di depan anak. Misalnya memuji pilihan baju atau gaya rambutnya hari ini, atau bilang kalau wajahmu kelihatan cerah pagi ini. Little A pernah mengeluh kalau di sini orang jarang memuji, lebih sering mencela. Saya katakan padanya untuk menerima kenyataa
June 8 th was our wedding anniversary. Normally, we forgot about this date. It has been three years we were not celebrating this anniversary (fyi, Nino and I have been married for five years, hehehe). But this year, I'll never forget June 8 th . This was the day when Nino left us, departed to Aussie. The farewell in Juanda airport was not that dramatic. I kissed him goodbye with smile and said, “See you soon at Sydney .” I hoped that the LO in Sydney Uni gave Didi and I permission to join Nino there, as soon as possible. But, the day became worse when we got home. I missed him already. Didi become more spoiled to me and tended not let me go. She asked me gendong jarik more often. Well, this is very normal, I think, for someone separated from her beloved Dad. Mine was not worse than Nino’s. He fought to survive in the cold of Sydney . Only ate instant noodle and instant rice in the first two days (fyi, he couldn’t cook – yet). In the third day, his first cooking was… fried e
Sedih tak berujung. Aduh, apalagi ini? Ceritanya begini, masih ingat kisah bulan Februari lalu, saya titip dibelikan buku-buku dari Indonesia untuk 'tambahan gizi'. Adik saya mengirimkannya lewat sea mail karena biaya mahal untuk paket 4 kg. Ternyata, sampai sekarang, paket lewat laut itu belum sampai ke alamat saya. Sudah lima bulan ya? Minggu kemarin saya minta tolong Adik untuk menanyakan ke kantor pos sana. Katanya sih sudah dikirim dan sampai ke Australia. Hanya saja tidak bisa dicek posisi sebenarnya. Pencarian saya lanjutkan di Pos Australia sini. Saya mengirimkan email komplain lewat website mereka. Ternyata langsung dibalas dan meminta nomor artikel, agar bisa ditelusur jejak paketnya. Saya kirimkan lagi nomor artikel dari pindai kuitansi pengiriman. Ternyata setelah dicek, tidak ada artikel dengan nomor tersebut. Auw, lemaslah saya. Itu buku-buku penting, lezat dan bergizi. Terus sekarang bagaimana dong? Haruskah saya pasrah dan berdoa? A.K. ps: moral of the story: ne
It's been 40 days since that heart stopping moment, but I can still recount it. Although we were alone here, no Mom, relatives and other "busy bodies", I felt super confident that I could do just right with my second pregnancy. I thought been there, done that. Besides, everyone (and the book) said that delivering the second child would be easier that the first one. Unfortunately, in my case, it wasn't that easy. I started having my real contraction early Friday morning. I thought the time has came. So I packed my bag and got ready to the hospital. I rang the hospital between my every-five-minute contraction, but the midwife said that I had to wait until I had the strong, painful one. I waited the whole day. I managed to eat, sleep and have shower between that. Nino stayed beside me and was very helpful. At 8 pm, I could wait no more. Nino rang the hospital and they let me come. We requested an ambulance. It sound dramatic, but it's only because we didn't own a
Gak tahu kenapa, tiba-tiba inget mama. Mama-ku tuh, a great person ever. Orang paling tangguh sedunia yang aku kenal. Mamaku lahir tahun 1955. Ayahnya meninggal ketika dia umur 5 tahun (jadi aku nggak pernah kenal ama kakek-ku). Dia hanya sekolah sampai kelas dua SD. Abis itu dia diasuh banyak orang dan berganti-ganti kerja kasar: mencuci piring di warung nasi, mengangkut pupuk di gunung, dll. Menginjak remaja, Mama kerja menjadi pelayan di sebuah toko kain di Muntilan. Majikannya orang Cina yang baik hati. My smart Mum, di samping bekerja, juga berusaha ‘mencuri’ ilmu dagang dari sang majikan. Mama mengumpulkan dan menabung gajinya dalam bentuk perhiasan emas. Di toko itu juga, Mama bertemu dengan Ayah, seorang penjahit. Setelah menikah, mereka memutuskan untuk mengontrak sepetak kios dan memulai usaha jahit sendiri (modalnya dari tabungan perhiasan Mama). Karena nggak bisa jahit, Mama memutuskan untuk dagang (ya di kios jahit itu). Pertamanya Mama jualan barang-barang rumah tangga
Dalam sebulan belakangan ini, perkembangan bahasa Ayesha (18 bulan) meningkat pesat. Sebelumnya, Ayahnya khawatir Ayesha terlambat perkembangan bahasanya. Mungkin karena asupan bahasanya agak kurang (kami cuma tinggal berempat serumah, dan saya bukan Ibu yang cerewet), atau mungkin karena faktor dwibahasa (kami menggunakan bahasa Indonesia, sementara kakaknya, Anindya, dan lingkungan tempat tinggal kami menggunakan bahasa Inggris. Ternyata perkembangan Ayesha baik-baik saja, hanya masalah waktu. Mungkin selama ini dia masih sibuk mengamati bagaimana kami bicara dan bagaimana kata-kata diucapkan. Sebulan terakhir ini Ayesha sudah bisa mengucapkan sendiri (tanpa menirukan) lebih dari tiga puluh kata-kata tunggal, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris. Dan lebih banyak lagi kata-kata yang dia mengerti, meskipun dia belum bisa mengucapkannya. Kami tidak secara sengaja mengajarkan kalimat tertentu dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia, mana yang lebih mudah diucapkan
Rating: ★★★ Category: Books Genre: Literature & Fiction Author: Allison Pearson I knew this book when I was in Indo, already translated. I intend to buy this book but the budget never allow me to, hiks. Finally, here, I found it in the local library. I found that the language is not easy to understand, still too complicated to me (but, that's the challenge, right?). Maybe I can't follow the pace of the plot, always in a hurry, just like the story. It's about a perfectionist working Mom that struggle to make her best. well, being (only) a mom is already tiring, not to mention being the perfect one. don't you think?
Comments
kapan yach, wajahku nongol diharian umum kotaku.
=D
*suatu saat dech..itu pasti..asal bukan harian kriminal. halah...!!
yg jelas dunk mal,,,