[Tulisan panjang, dibaca normal 9 menit] Kemarin (3/12) hasil dari PISA (Programme for International Student Assesment) 2018 dirilis. Saya tidak ingin mengomentari ranking Indonesia seperti yang ditulis para wartawan *sigh. Tapi mari kita lihat hasil anak-anak kita di bidang literasi. Dari murid-murid usia 15 tahun yang disurvei PISA, hanya 30% yang memenuhi kompetensi minimal membaca. Tujuh puluh persen sisanya masih di bawah kompetensi minimal. Skor ‘membaca’ kita 371, turun 26 poin dibanding 3 tahun lalu (2015). Dari tahun 2000, skor membaca kita sempat naik, tapi hasil 2018 ini turun lagi, menjadi sama dengan skor delapan belas tahun yang lalu. Bagusnya, kali ini Mas Menteri mau mengakui hasil jeblok ini. “Penurunan signifikan dalam skor literasi membaca siswa kita ini tidak perlu ditutupi, tidak perlu dibungkus seolah tidak terlalu buruk. Kita harus akui dan lebih serius mencari solusinya. Bukan hanya guru, tapi juga orangtua.” Siap, Mas. Saya jadi merasa terpanggil. T...
Saya di gedung pusat Goethe Uni :) Tahun 2014, saya mendaftar program S2 di salah satu universitas di Surabaya. Ditolak :( Lima tahun kemudian, saya diterima di program S2 salah satu universitas bergengsi di Jerman. Begini ceritanya… Alasan saya ditolak di program S2 di universitas tersebut karena... S1 saya tidak linier. Program S2 yang saya minati ini di rumpun ilmu humaniora, sementara saya sendiri sarjana sains, tepatnya lulusan Kimia UGM. Banyak yang kaget ketika saya beritahu kalau saya anak MIPA. Banyak yang nggak percaya juga. Saya sendiri kadang juga nggak percaya, kok bisa sampai lulus, hehehe. Yang kaget terutama teman-teman yang mengenal saya belakangan, yang tahunya saya berkecimpung di dunia kepenulisan, yang tahu saya bekerja part time sebagai editor dan penerjemah, dan isi medsos saya yang sering kampanye tentang literasi. Saya yang nggak pernah ngungkit-ngungkit Kimia sama sekali. Ha gimana, udah lupaaa *tutup mata. Tadinya saya juga ragu apa...
The word "Book-Fair" for me and Nino might be sounds like "Mango-Sale" for a shopaholic. Nino and I are not a big spender on anything but books. In the Sydney Uni Book Fair last week, we bought books like crazy, as those were very-very-very-very cheap (even if you convert it into Rupiah). So, Didi got several good books including Where's Wally? (soon become our family's favourite book), Where Did I Come From Book, Pop Up Book, several early reading materials (for 5 cent each, crazy!), and many more... Nino got some heavy-and-serious textbooks you-dont-want-to-know-what. Lucky him! Also Covey's Leadership book for $2, Rich Dad Guide for Investing for 50cent (we've already read it in Indonesian, actually), and many more... I also got my favorite: Sophie Kinsella's for only $1, The Last Time I saw Mother for $1, Bryce Courtenays , Adrian Mole's Diary (two books), Oxford English Dictionary for $2, Chicken Soup for The Teenage Soul (hahah, but ...
Hari pertama puasa berjalan dengan mulus, nyaris tanpa gangguan (kecuali angin yang bertiup sangat kencang). Menjelang buka puasa, Nino dan aku bingung, mau memutuskan buka jam berapa. Ikut jam di hape Nino (yg lebih lambat) atau ikut jam di hapeku yang lebih cepat. Kami juga punya 3 jadwal buka puasa yang berbeda, poster dan leaflet yang didapat dari Nino Jumatan di kampus . Yah, cuman selisih 4 menitan sih, cuman kurang mantap aja. Nunggu bedug magrib? Bedug magrib dari Hongkong kale? Masjid terdekat dari sini jaraknya 30 menit pake mobil (nggak deket lagi dong...). Akhirnya aku nyetel radio muslim di Sydney ... lewat internet (soalnya kami juga nggak punya pesawat radio, hiks). Argh, akhirnya denger suara azan juga... Buka puasa kali ini, aku bikin kolak. Nino nggak suka kolak, tapi tetep aja aku bikin, sudah tradisi! Pengennya sih pakai pisang, nangka dan ubi. Tapi, apa daya, pisang di sini harganya $13 sekilo. Gilak kan? Nangka, kira2 segitu juga. Ada sih yang kalengan, sekitar $3...
A perfect birthday morning: 1. a birthday kiss from him 2. a hot cuppa 3. homemade (w/ instant spices) nasi kuning 4. a perfect gift from my wish lists (sure I had to give him a clue, or I'll get another book, hehehe...) A.K.
I spent a week reading "Buku Memasak Untuk Orang Bodoh", practically to improve my knowledge of cooking. But you can't improve your cooking skill unless you go to the kitchen and doing some 'dirty job'. That book can only improve my reading skill, in English. Two days ago, Nino and I tried a recipe: Chicken Wings with Oyster Sauce. It's a simple recipe (that's why we dared to try). We, however, still had an argument on one of the spice. We didn't know what 'spring onion' was. First, I tought it was bawang bombay. Nino thought it was bawang merah. But in the recipe picture, it looks like prey/daun bawang. I looked it up in my "Buku Bodoh", but it didn't help. Desperately, Nino said, "Oh, for someone didn't know what spring onion was, he did'nt have a hope in cooking." Finally, we put bawang merah and prey to our chicken. And it was not bad. Yesterday, I tried to make spring rolls, snacks for breakfasting. I put ve...
Happy birthday to you... You were born at the zoo... You look like a monkey... And smell like one too... Hehehe... I love this song, from Madagascar Cartoon. Huah, 27 now. get ready to: 1. publish my fourth book 2. get a job here 3. have my second child (not a second husband, hehehe) insyaallah, this year. A.K.
Sepuluh menit sebelum on stage (ih, istilahnya!), DidiCahya n I ngisi pulsa dulu di XL-booth. Mas yang biasa ngelayanin isi pulsa nanyak, “Tumben Mbak-nya dandan. Mau kemana?” Kujawab dengan nyantai, “Iya Mas, bentar lagi mau talkshow di toko buku Gramedia.” Nggak kusangka, Mas-nya ketawa ngakak. “Ah, mbak-nya bohong…” Aku bengong. Didi yang gantian ketawa (entah ngetawain aku or mas-nya). “Hahaha, nggak percaya dia kalau kamu mau talkshow, hahaha…” Well, sangat wajar sih kalau Mas-nya nggak percaya. Lha wong biasanya aku beli pulsa di situ sambil nenteng2 termos es untuk jualan jus (dengan dandanan ala kadarnya). Masak tukang jualan es gini mau talkshow? Hehehe… Alhamdulillah talkshownya berjalan lancar. Ini sih berkat MC-nya: my dearest friend DidiCahya , penyiar radio Delta Surabaya. Wah, kalok nggak ada dia, mau jadi kayak apa talkshownya. Aku sering kehilangan kata-kata di tengah ngomong (my writing is better than my speaking), tambahan lagi audiens Malang yang kale...
Comments
kapan yach, wajahku nongol diharian umum kotaku.
=D
*suatu saat dech..itu pasti..asal bukan harian kriminal. halah...!!
yg jelas dunk mal,,,