Ternyata Enak Juga Punya Mobil
Akhirnya kami tidak tahan untuk tidak beli mobil.
Dua tahun pertama kami tinggal di Sydney, rasanya naik kendaraan umum oke-oke saja, murah dan bisa nyampai ke mana-mana. Waktu tinggal di Dulwich Hill dan Marrickville, ke pusat pertokoan, ke bus stop dan ke stasiun dekat banget, tinggal jalan 5 - 10 menit. Tapi di Lakemba? rasanya memang wajib beli mobil. Jarak ke stasiun dan pertokoan kecil-kecil memang 'hanya' 15 menit jalan, tapi rasanya jadi jauuuh sekali kalau misalnya malam-malam kami mendadak perlu beli sesuatu karena stok habis, seperti bawang putih, gula, atau tolak angin. Mau keluar rumah rasanya beraaat banget. Saya mending minum teh tanpa gula atau memasak tanpa bawang putih daripada harus jalan kaki (lagi) setengah jam.
Nino mulai berburu mobil sejak dua minggu lalu di sini dan di sini. Kami mengincar sedan kecil atau hatchback dengan empat pintu biar anak-anak gampang keluar masuk. Akhirnya Nino mendapat best deal sedan Toyota Camry otomatis tahun 1997 seharga AUD 3600. Murah nggak sih? Kalau di-rupiah-kan sepertinya harga mobil di sini lebih murah. Hanya saja pajak tahunannya (plus asuransi) yang lebih tinggi, sekitar AUD 600 per tahun untuk mobil kami ini. Biaya perawatan juga lumayan tinggi, apalagi di sini nggak ada kenteng magic. Kalau tergores dikit aja, harus keluar minimal 300 dolar. Padahal di Indo, bemper depan ringsek saja cuma habis Rp 300 ribu. Berarti mekanik Indo lebih jago ya daripada di sini. Magic-nya itu kali ya...
Harga bensin tanpa timbal di sini sekitar AUD 1,10 - 1,20 per liter. Harga ini berbeda di tiap stasiun pengisian bensin dan bisa naik turun sewaktu-waktu. Jadi harus cermat nih ngincer spbu yang murah. Seperti pengalaman kami hari ini, setelah mengisi bensin kami melanjutkan perjalanan. Baru satu blok, eh, ada spbu yang jauh lebih murah. Huhuhu, just my luck!
Rencananya mobil ini kami pakai untuk berakhir pekan saja dan untuk belanja besar mingguan. Sehari-hari, kalau ke kampus, Nino tetap pakai kereta. Alasannya jelas untuk menghemat biaya BBM. Lagipula, biaya parkir di Sydney Uni yang $ 24 sehari sangatlah tidak masuk akal. Anindya ke sekolah juga jalan kaki seperti biasa. Lagipula dekat banget kok, cuma tujuh menit jalan. Sementara saya sehari-hari, kalau mau ke perpustakaan dan beli sayur mayur ya harus tetap jalan kaki biar semakin langsing, hehehe. (Sst, alasan saya sebenarnya adalah saya belum berani menyetir mobil, hiks).
A.K.
Dua tahun pertama kami tinggal di Sydney, rasanya naik kendaraan umum oke-oke saja, murah dan bisa nyampai ke mana-mana. Waktu tinggal di Dulwich Hill dan Marrickville, ke pusat pertokoan, ke bus stop dan ke stasiun dekat banget, tinggal jalan 5 - 10 menit. Tapi di Lakemba? rasanya memang wajib beli mobil. Jarak ke stasiun dan pertokoan kecil-kecil memang 'hanya' 15 menit jalan, tapi rasanya jadi jauuuh sekali kalau misalnya malam-malam kami mendadak perlu beli sesuatu karena stok habis, seperti bawang putih, gula, atau tolak angin. Mau keluar rumah rasanya beraaat banget. Saya mending minum teh tanpa gula atau memasak tanpa bawang putih daripada harus jalan kaki (lagi) setengah jam.
Nino mulai berburu mobil sejak dua minggu lalu di sini dan di sini. Kami mengincar sedan kecil atau hatchback dengan empat pintu biar anak-anak gampang keluar masuk. Akhirnya Nino mendapat best deal sedan Toyota Camry otomatis tahun 1997 seharga AUD 3600. Murah nggak sih? Kalau di-rupiah-kan sepertinya harga mobil di sini lebih murah. Hanya saja pajak tahunannya (plus asuransi) yang lebih tinggi, sekitar AUD 600 per tahun untuk mobil kami ini. Biaya perawatan juga lumayan tinggi, apalagi di sini nggak ada kenteng magic. Kalau tergores dikit aja, harus keluar minimal 300 dolar. Padahal di Indo, bemper depan ringsek saja cuma habis Rp 300 ribu. Berarti mekanik Indo lebih jago ya daripada di sini. Magic-nya itu kali ya...
Harga bensin tanpa timbal di sini sekitar AUD 1,10 - 1,20 per liter. Harga ini berbeda di tiap stasiun pengisian bensin dan bisa naik turun sewaktu-waktu. Jadi harus cermat nih ngincer spbu yang murah. Seperti pengalaman kami hari ini, setelah mengisi bensin kami melanjutkan perjalanan. Baru satu blok, eh, ada spbu yang jauh lebih murah. Huhuhu, just my luck!
Rencananya mobil ini kami pakai untuk berakhir pekan saja dan untuk belanja besar mingguan. Sehari-hari, kalau ke kampus, Nino tetap pakai kereta. Alasannya jelas untuk menghemat biaya BBM. Lagipula, biaya parkir di Sydney Uni yang $ 24 sehari sangatlah tidak masuk akal. Anindya ke sekolah juga jalan kaki seperti biasa. Lagipula dekat banget kok, cuma tujuh menit jalan. Sementara saya sehari-hari, kalau mau ke perpustakaan dan beli sayur mayur ya harus tetap jalan kaki biar semakin langsing, hehehe. (Sst, alasan saya sebenarnya adalah saya belum berani menyetir mobil, hiks).
A.K.
Comments
Tp tetep jalan kaki juga oke kok, selain ngirit...sehat juga kan... :p
heheh
secara sehattttttttttt