What is your 'heaven'? Mine, is a life with a fast internet connection and an access to a good library. I have a wireless broadband at home, and access for thirty loans in Marrickville library and unlimited loans in Fisher library. What can I expect for more? A.K. (more heaven: Nino asks me for a coffee at starbucks and a walk to Kinokuniya next Tuesday. Argh, can't wait. Lalala...)
Kiama, kota kecil di sebelah selatan Sydney menjadi tujuan jalan-jalan kami mengawali liburan musim panas kali ini. (baca tiga cerita sebelumnya) Nggak komplet rasanya liburan musim panas tanpa basah-basahan di pantai. Sejak sampai Kiama, Anindya sudah ngebet pengen berenang di pantai. Sayangnya cuaca waktu itu agak mendung dan udara sejuknya masih terlalu dingin untuk main ke pantai. Tambahan lagi suhu air pantai yang masih sedingin es. Di motel tempat kami menginap ada kolam renang kecil berair asin. Meski dingin, Anindya ngotot mengajak berenang. Saya tidak kuasa menolak ajakannya, menemani Anindya masuk kolam sambil menggigil. Untung renangnya nggak berlangsung lama. Kami langsung mandi air hangat begitu selesai. Saya pikir Anindya sudah puas dengan berenang di kolam. Ternyata sorenya dia masih ingin ke pantai. Ini setelah kami bosan bengong duduk memandang pantai dari jendela kamar sambil ngemil rope dan pretzel . Karena Nino masih nyenyak tidur siang, saya bawa anak-ana...
Tinggal di Sydney membuat saya kekurangan suplai bacaan bergizi, terutama novel-novel Indonesia terbaru. Memang sih, di sini saya bisa membaca novel-novel berbahasa Inggris terbaru. Tinggal pinjam di perpus, gratis. Saya mudah mendapatkan novel Stephenie Meyer setelah Twilight, buku fairytale terbaru JK Rowling, novel Gossip Girl dan lanjutannya: IT Girl. Saya juga punya koleksi diary Adrian Mole, Jodi Picoult dan Judy Blume. Saking banyaknya buku dan sedikitnya waktu, buku-buku dari perpus hanya numpang lewat saja di rak buku saya, mabuk pinjam dan dikembalikan lagi setelah tiga minggu. Bahkan saking kemaruknya saya pernah bawa pulang My Sister Keeper dari perpus, padahal saya sudah punya bukunya di rumah (hasil berburu dari Book Sale). Asyiknya, saya bisa 'belajar' bercerita dari novel-novel itu. Saya suka sekali gaya cerita Cecily von Ziegesar, penulis serial Gossip Girl (diterjemahkan nggak ya di Indo?). Ceritanya nakal sekali, tapi penulisnya pintar bertutur, membuat pemb...
Enaknya tinggal di Sydney, ada taman bermain di tiap RW-nya. Bukannya ada RW beneran, tapi di tiap blok perumahan pasti ada fasilitas tamannya. Asyiknya, taman-taman ini luas, bersih dan gratis. Ada bermacam-macam taman di sini, antara lain taman bermain (playground), taman untuk berolahraga (ada lapangan olahraganya dong...), taman untuk barbekyu, atau sekedar taman rumput doang. Taman bermain yang paling dekat dengan apartemen kami adalah Hampden Road Reserve, jaraknya 6 menit jalan. Luasnya kira-kira setengah lapangan sepak bola. Di tengah-tengah ada satu set permainan anak-anak: ayunan, perosotan dan anjut-anjutan. Di samping mainan anak-anak, ada satu bidang tanah lapang yang cocok untuk main bulu tangkis (cuman nggak ada tiang untuk net). Taman juga selalu dilengkapi bangku-bangku taman dan pancuran air untuk minum. Tiap sore, taman ini ramai sekali anak-anak bermain, maklumlah pemukiman padat anak. Kalau sudah ramai begini biasanya Anindya ogah bermain, mungkin malas harus menan...
The happy girl Tahun ini saya dan Nino merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-20. Karena angkanya cukup istimewa (dan genap :p) saya ingin kencan yang nggak biasa-biasa aja. Di akhir bulan Mei saya sudah booking ke Nino, biar nggak tabrakan sama acara rapat-rapatnya. "Mas, nanti pas anniversary kita, nge-date yuk?" Nino dengan sigap membuka Google Calendar di tabletnya, langsung mengiyakan. "Oke... tanggal berapa?" tanyanya dengan nada datar. And I am like, "Excuse meeee..." Hahaha, same old Nino, jarang ingat tanggal anniversary kami. Saya nggak pernah mempermasalahkan hal sepele seperti lupa tanggal, lha wong saya sendiri juga pernah lupa. Saya merasa sudah cukup mengenalnya untuk tidak menaruh harapan terlalu tinggi untuk hal-hal yang sepele. Kalau tidak mau dikecewakan soal kado ultah, misalnya, ya saya kasih hint yang terang benderang. Biar surprise-nya masih ada (sedikit), tapi saya nggak kecewa karena bakal terima kado sesuai harapan, haha. Di u...
Rating: ★ Category: Books Genre: Teens Author: Gisantia Bestari Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman: 288 Tahun pertama terbit: 2004 Spoiler Alert!!! Tadinya aku beli novel ini karena aku pengin baca ‘contoh’ novel yang nyeritain anak-anak SMP. Karena aku juga mau bikin novel teenlit lagi yang tokohnya anak-anak SMP. Kabarnya novel ini banyak disukai oleh anak-anak SMP. Dan ternyata… kabar itu benar banget. Kamu hanya akan menyukai novel ini jika kamu adalah anak SMP. Duh, ini emang bacaan untuk anak-anak SMP. Sama sekali tidak cucok untukku yang sudah ‘uzur’ ini. Ceritanya kelewat ringan. Tentang Adisty, cewek SMP (iya, udah tahu dari tadi!) yang naksir sama Ary-cowok baru di sekolah Adisty. [Halooow, apa ada peraturan kalau nulis teenlit harus ada cowok pindahan dari sekolah lain, dan cowok itu harus ganteng? See my review on Dealova and Fairish]. Padahal, Adisty sebenarnya ditaksir sama Ryan, yang udah sobatan lama sama dia. Then, the story goes on how Ryan struggles to g...
Siapa sih yang suka diikat-ikat? Orang (dan bayi) normal pasti enggak seneng kalau nggak bisa bebas bergerak. Begitu juga Ayesha. Di NSW, masalah keselamatan sangat diperhatikan. Makanya peraturan tentang safety benar-benar strict . Di mobil, semua penumpang wajib menggunakan sabuk pengaman, baik yang di depan maupun yang di belakang. Sementara untuk anak-anak, mulai dari bayi baru lahir sampai usia 6 tahun, wajib menggunakan kursi mobil khusus. Kursi ini didesain untuk menyesuaikan sabuk pengaman dengan ukuran tubuh anak-anak. Ketika pertama kali naik taksi dari bandara, kami menggunakan taksi khusus yang ada kursi bayinya. Ayesha (10 bulan) tidak suka duduk di kursi bayi dan menangis sepanjang perjalanan. Repotnya, saya tidak bisa menenangkannya dengan memangku atau menggendong. Di sini, rules are rules , daripada ditilang sama Ranger . Mungkin Ayesha merasa tidak nyaman karena di Indonesia terbiasa duduk dipangku, atau duduk sendiri atau malah berdiri sambil lihat pemandangan di b...
Little A with her boots :) Itu komentar spontan orang-orang yang kaget melihat ukuran tubuh Little A yang mini, lebih kecil dari ukuran 'normal' teman sebayanya. Biasanya dilanjutkan dengan gumaman, "Kukira masih TK." Kalau mendengar yang seperti ini, saya nggak bisa menyembunyikan ekspresi takjub saya. Orang ini mikir nggak kalau ucapannya di depan anak saya langsung bisa menyakiti perasaannya. Little A sempat minder karena ukuran badannya yang kecil. Dia tambah se dih karena orang dewasa terang-terangan mengatakan kalau dia kecil. Ini salah satu reverse culture shock yang harus dia atasi, karena kebiasaan orang-orang di Sydney, apalagi yang belum kenal dekat, pasti hanya mengatakan hal-hal baik di depan anak. Misalnya memuji pilihan baju atau gaya rambutnya hari ini, atau bilang kalau wajahmu kelihatan cerah pagi ini. Little A pernah mengeluh kalau di sini orang jarang memuji, lebih sering mencela. Saya katakan padanya untuk menerima kenyataa...
Ternyata pembagian BLT nggak cuma ada di Indonesia saja. Di Australia sini juga ada, istilahnya stimulus package . Pertama kali saya baca Kevin Rudd mau bagi-bagi uang tunai dari berita ini . Tapi waktu itu saya cuek-cuek saja, karena saya pikir nggak akan kebagian, lha wong saya di sini cuma numpang tinggal, bukan penduduk tetap ( permanent resident ) atau warga negara. Baru setelah saya cek rekening, kok ada tambahan handsome amount of money dari Kang ATO ( Australian Taxation Office ). Rupanya saya dan Nino termasuk golongan pekerja yang berhak mendapatkan BLT ala Aussie ini. Tahun kemarin saya memang sempat kerja di bidang ritel, menjadi supervisor supermarket. Uang pajak yang saya bayarkan tahun lalu inilah yang dikembalikan lagi ke saya. Jumlahnya lumayan. Kalau dihitung-hitung bisa beli beras setengah ton (ehem). Beda sama BLT di Indo yang mungkin cuma cukup untuk makan sepuluh hari. Apa sih sebenarnya tujuan pembagian uang ini? Saya nggak tahu kalau di Indonesia, tapi ...
Ibu saya tidak lulus SD, sekolah hanya sampai kelas 2, cuma bisa baca tulis dan berhitung. Ketika remaja, Ibu menjadi pelayan toko kain. Selama itu, beliau menabung gajinya dengan membeli emas. Setelah menikah dengan Bapak (katanya sih lulus SD, tapi kami tidak pernah melihat ijazahnya), Ibu menjual emasnya untuk modal buka toko. Bapak menjahit dan Ibu berjualan alat-alat jahit seperti benang, kancing, jarum. Keluarga kami hi dup sederhana. Kami tinggal di kios satu lantai. Saya tidur di kasur busa tipis yang digelar ketika toko sudah tutup. Kami tidak punya TV, kalau ada acara menarik (misalnya ketoprak TVRI), kami harus menonton di TV tetangga. Benda-benda mewah seperti kulkas dan sambungan telepon baru kami punya setelah saya lulus SMP.
Comments
lucu juga idenya. tp selama ini dia udah makan sambal berbotol-botol, hot-nya sampai di mulut doang, hehehe.