Liburan Sekolah

Sekolah di sini enak, banyak liburnya. Enak untuk anak-anak (dan mungkin, guru), nggak begitu enak untuk orang tuanya.

Kalender pendidikan dibagi menjadi empat term, sesuai musim. Masing-masing term hanya berlangsung sekitar 2,5 bulan. Tiap akhir term ada libur sekitar 15 hari. Libur musim panas lebih panjang lagi, sekitar 40 hari. Dimulai dari dua atau tiga hari menjelang natal sampai dengan awal Februari.

Hari ini adalah hari terakhir liburan musim dingin. Besok Anindya sudah masuk sekolah lagi. Huah, betapa leganya saya. Minimal mulai besok saya tidak mendengar lagi kalimat, "I'm bored" yang diucapkan Anindya seperti dia menghela nafas. Susah sekali untuk entertain anak usia 7 tersebut. Memang ada beberapa hari yang dia saya antar ke rumah teman sebaya atau ada teman yang main ke rumah. Tetapi sesaat setelah mereka berpisah, belum juga si teman hilang dari pandangan, kalimat paten Anindya sudah terucap lagi. Saya menahan diri untuk tidak mengucap, "Me too. I'm really bored to hear you say 'I'm bored' all the time."

Kalau sedang tidak ada teman sebaya, saya berusaha jadi teman bermain Anindya. Kalau cuaca bagus, kami main sepeda di halaman belakang rumah, atau saya bawa anak-anak ke taman. Kalau cuaca buruk, mendung, hujan atau angin, saya dan Anindya main Nintendo Wii. Anindya lumayan terhibur setiap kami main MarioKart karena saya hampir pasti kalah. Bukannya mengalah, saya memang tidak begitu mahir permainan yang melibatkan keseimbangan.

Saya paling tidak suka musim dingin. Alasannya simpel: terlalu dingin. Meskipun di sini tidak sampai minus, tapi tetap saja di luar dan di dalam rumah terasa dingin. Mestinya memang liburan musim dingin dihabiskan di daerah bersalju sekalian, main ski dan bikin boneka salju. Beberapa teman kami berombongan berwisata ke snowy mountain, sekitar tiga jam naik mobil dari Sydney. Tapi kami memutuskan tidak ikut. Alasannya itu tadi: saya tidak suka yang dingin-dingin.

Atau harusnya pas musim dingin kami berwisata ke negara tropis ya, seperti misalnya, Indonesia. Ehm, I wish I could. Biayanya tidak sedikit, bagi kaum sederhana seperti saya, hahaha.

A.K.

Comments

Leila Niwanda said…
Tidak suka yang dingin-dingin itu bawaan dari sinikah, Mbak?
irma ^_^ said…
waduh mba...apalagi saya dong...lebih kaum sederhana lagi karena ga bisa tinggal disana hahahaha...
Dini Rachmawati said…
terbiasa suasana di yogya yang panas ya?
Fakhri Zakaria said…
di luar negeri, sekolah banyak libur dan pendidikannya malah maju
di indonesia, kebanyakan masuk sekolah dan pendidikan gak maju-maju
rosita dani said…
lho mbak pgn balik indo lg, aku aja yg dari dulu pgn kesana ga kesampaian sampe skrg :)))
ade kumalasari said…
mungkin karena udah biasa di negara tropis ya...
di sini adaptasi juga sih. kalau sekitar 15 derajat masih kuat. tapi kalau di bawah itu whiii...
ade kumalasari said…
hehehe... saingan ya
ade kumalasari said…
iya nih. tapi di surabaya saya juga kepanasan. repot ya, panas ngeluh, dingin ngeluh. maunya yang pas aja.
ade kumalasari said…
benar sekali fakhri. di Indo terlalu banyak yang dipelajari, termasuk yang gak penting...
ade kumalasari said…
hehehe, manusia emang gak pernah puas ya. ayo Mbak kalau jadi ke sini mampir ya...

Popular posts from this blog

HIDUP BOLEH SEDERHANA, PENDIDIKAN JANGAN SEDERHANA

Berbunga-bunga Karena Bunga: Catatan Dua Puluh Tahun Bersama

Time Flies When You Put Your Baby at Childcare

Big Announcement

Bahasa Ayesha

Barbie this arvo?

Naik Garuda

BODY SHAMING

Pengalaman Diet Mayo: 13 Hari Turun 4,5 Kg Tanpa Olahraga