AYAH HADIR


Lil A di Grundschule
Hari ini hari terakhir Lil A sekolah di SD. Grundschule di sini hanya sampai kelas 4. Setelah itu langsung lanjut ke kelas 5 di Sekolah Menengah. Lil A sudah mendapatkan sekolah menengah yaitu Adorno Gymnasium yang lumayan dekat dengan rumah, 15 menit naik sepeda.

‘Hari Kelulusan’ SD di sini biasa banget. Nggak ada perayaan apa-apa, nggak ada wisuda yang ekstravaganza. Lha wong nggak ada ujiannya juga. Lil A pun hanya mendapatkan Zeugnis alias raport thok til, yang cuma dua halaman kertas biasa. Nggak ada ijazah SD (Mbuh nanti gimana kalau mau ngelanjutin ke SMP di Indonesia, dipikir engko), nggak ada SHUN (UN-nya aja nggak adaaaa).

Aku pikir tadi bakalan ada semacam pentas seni tutup tahun gitu. Aku udah siap-siap hadir sore hari meski gak terima undangan. Kupikir Lil A kelewat ngasih undangannya. Meski aku agak melow karena Nino masih dines di LN. Ternyata nggak ada apa-apa babar blas. Aku tadi cuma pamitan sama carer-carer Lil A di Betreuung (after school care). Salah satu Frau-nya bilang kalau Lil A ini anak yang manis banget budi pekertinya. Dia juga hebat banget raportnya bagus, padahal baru satu tahun pindah ke sini. Duh, untung Lil A nya nggak denger, dia bisa kembang kempis dipuji begitu. Frau-nya juga bilang, “You and your husband really did a good job.” Alhamdulillah, aku terharu banget dengarnya, karena selama ini kami merasa jadi warga pinggiran karena kemampuan bahasa Jerman kami yang terbatas.

Oke, sekarang tentang Nino. Dia memang nggak hadir di hari terakhir sekolah Lil A, juga pernah nggak hadir di wisuda SMP Big A karena ada tugas di Jakarta. Tapi… Nino sebagai ayah selalu hadir di hari-hari penting lainnya. Yang kumaksud hari-hari penting ini adalah hari-hari biasa, ketika kita nggak ada acara khusus, tapi anak-anak selalu menginginkan kedekatan dengan orang tua.

Nino pernah cerita, berdasarkan hasil riset, yang paling menentukan keberhasilan anak di sekolah bukanlah fasilitas sekolah, atau hebatnya guru, tapi apa yang dilakukan orang tua ke anak-anak di rumah, terutama ketika mereka berusia 6-7 tahun. Aku ingat reaksi terkejutku ketika mendengarkan cerita Nino ini. Wirklich? Really? Langsung aku ingat-ingat apa yang sudah kami lakukan ketika anak-anak usia segitu.

Aku ingat ketika Big A masuk Kindergarten dan kelas 1 Primary School di Sydney, Nino membacakan chapter book SETIAP MALAM. Dengan telaten dia membacakan The Wind in the Willows, Pollyanna, Secret Garden, dan Black Beauty, per bab setiap malam. Ketika Lil A kelas 1 SD, Nino juga membacakan buku, tapi tidak serajin ketika dengan Big A, karena Lil A punya interest lain. Tapi aku ingat Nino mendampingi Lil A belajar matematika di Khan Academy, dan… main game bersama. Kalian pasti senyum-senyum kalau aku kasih tahu Lil A dan ayahnya punya satu akun game yang mereka namai bersama. Akun ini masih sesekali dipakai sama Nino, hahaha. Nggak usah kubuka ya, ntar meruntuhkan reputasi Pak Dosen, hehehe.

Intinya, ayah hadir.

Mengasuh anak nggak cuma tugas ibu doang. Ibu-ibu jangan merasa bersalah kalau meminta waktu ayah untuk menemani anak-anak. Itu hak anak untuk dekat dengan ayahnya. Kecapekan bekerja mencari nafkah semestinya tidak dijadikan alasan untuk nggak punya waktu dengan anak. Lha wong waktunya nggak harus untuk urusan serius kok. Main lah bersama, apa hobi atau ketrampilan Ayah yang bisa dilakukan bareng atau diwariskan ke anak. Mohon maaf kalau contohnya tadi belajar matematika bareng, lha wong itu memang hobinya Nino :D

Anak-anakku punya kedekatan sendiri dengan ayahnya. Kalau mereka merasa sakit, tengah malam mereka nggak segan-segan datang ke Nino, untuk minta dipijit, diolesi minyak, dan lainnya. Mereka tahu kalau urusan sakit, Emaknya nggak bakalan telaten, mending ngadu ke ayahnya. Pagi hari, Nino juga yang ngantar anak-anak ke sekolah. Percuma nugasin aku, yang gak bisa berfungsi dengan baik di pagi hari sebelum minum secangkir kopi. Kecuali kalau antar sekolah anaknya di Australia yang jam masuk sekolahnya jam 9.30 yaaa. Ini sih aku sanggup ☺ Kalau berangkat jam tujuh pagi, mohon maaf, mending sama ayahnya aja.

Aku pernah nanya ke Nino soal postingan yang di-syar-syer banyak orang, tentang anak umur segini harus dekat ke siapa, umur selanjutnya harus dekat ke siapa. Aku kok nggak percayaaaaa. Menurutku anak-anak harus selalu dekat dengan kedua orang tuanya, nggak peduli usia berapa dan apa jenis kelaminnya. Aku selalu gatel pengen nyanggah, tapi gak punya bukti sanggahan valid (aku nggak bisa ngebambang). Tapi Nino jawabnya cuma senyam-senyum kalau ditanya, “Aku nggak pernah dengar hasil penelitian kayak gitu.”

Jadi yang kami lakukan ke anak-anak ya memang pengasuhan bersama. Masing-masing anak punya kedekatan yang berbeda dengan ibu dan ayahnya. Seperti anak-anak yang lebih nyaman wadul kalau sakit ke ayah, minta diajarin matematika ke ayah, tapi lebih nyaman cerita soal naksir teman ke ibu, cerita soal wishlist barang-barang impian ke ibu. Kalau bisa, sempatkan untuk kencan dengan masing-masing anak, bukan cuma acara bareng-bareng. Misalnya Lil A kencan dengan Ayahnya berdua. Big A kencan dengan ibunya berdua (biasanya kalau Big A kutraktir makan, ceritanya keluar banyak). Lil A dengan ibunya (ini sering sih karena tiap hari jemput sekolah, kadang mampir beli es krim.). Big A kencan dengan ayahnya. Ketika kami liburan ke Madrid bulan lalu, kami melakukan ini. Ketika aku dan Big A kencan nonton tenis bareng, Lil A dan Ayahnya pergi berdua belanja oleh-oleh, and we all had a good time. Kencan paling epik yang pernah dilakukan Nino sama Big A adalah ketika mereka berdua nonton film High School Musical, pas Big A masih SD. What an unforgettable moment for Big A, until now.

Jadi… pesanku buat buibu, kalau anak-anak lagi dipegang ayahnya, santai aja jangan senewen, atau dikit-dikit ngecek. Biarkan mereka menikmati waktu bersama, enjoy aja me-time kita sendiri. Karena kalau nggak dekat dengan anak sejak kecil, lumayan susah membangun kedekatan lagi ketika mereka sudah remaja dan sudah punya dunia sendiri.

Frankfurt am Main, 28.06.2019
*Ps to Nino Aditomo: We are lucky to have you. Ndang muliho.


Comments

Popular posts from this blog

Memulai Investasi Reksadana

Live The Dream

Fitnes, Penting Gak Sih?

"LHO MASIH KECIL KOK SUDAH KELAS 2?"

Love at Every Byte

Kiriman Tak Sampai

Penulis Kurang Gizi

Testimonial

The Drama