Jembatan Anak Bangsa


Saya pernah melihat foto dan link berita ini sekilas di status FB teman. Tadinya saya cuekin saja karena saya pikir anak-anak ini sedang outbond. Sampai kemudian foto ini beredar di timeline twitter. Ternyata murid-murid SD Negeri Cicaringin 3, Kecamatan Gunung Kencana, Lebak, Banten ini sedang meniti kawat baja menyeberang Sungai Ciliman untuk berangkat ke sekolah. Lambannya pemerintah membangun infrastruktur membuat mereka harus rela berjalan kaki sejauh enam kilometer pergi pulang untuk mencapai sekolah dan berisiko terjatuh ke sungai.

Link berita lengkapnya ada di sini:

Saya menangis...

Teringat anak-anak saya, yang baru dua minggu lalu bermain-main jembatan tali di Darling Harbour, Sydney. Anak-anak saya dengan teman-temannya bebas bermain di taman yang aman, dan gratis. Saya tidak khawatir Anindya akan terjatuh ketika meniti jembatan tali di Darling Harbour, karena toh jembatan mainan ini dirancang tidak terlalu tinggi, dan di bawahnya adalah wood chips (serutan kayu) yang empuk.

 

Anak-anak bermain 'jembatan tali' yang aman di Darling Harbour, Sydney.
Foto oleh Arif Budimartoyo.

Sedangkan anak-anak Banten ini, apa yang terjadi kalau mereka tergelincir?
Saya tidak berani membayangkan...

Di twitter sudah dimulai gerakan #JembatanAnakBangsa yang dipelopori oleh Rene Suhardono (@reneCC), seorang CareerCoach, penulis buku best-seller 'Your Job is Not Your Career'.  Rene mengusulkan kita semua mengumpulkan donasi untuk membangun #JembatanAnakBangsa untuk murid-murid yang masih semangat pergi sekolah meski dengan resiko tinggi ini. Mengapa? Berikut dikutip dari akun twitter @reneCC

- "Why #JembatanAnakBangsa? Gemes! Kenapa pergi sekolah harus beresiko nyawa? We CAN do something NOW"
- "Kenapa musti fund-raising? Karena nggak bisa mengandalkan uang pajak pemerintah. Apakah perlu menunggu jatuh korban? #JembatanAnakBangsa"
- "Kenapa gak koordinasi sama pemerintah Banten? Silahkan kalau ada yg mau coba. Kami jalan dgn kemampuan kami #JembatanAnakBangsa"

Pemerintah Banten? Are you kidding me? Mereka sedang sibuk Pilkada dan bagi-bagi uang untuk melanggengkan kekuasaan. Menunggu mereka sama saja dengan menunggu lebaran monyet. Meng-klik hashtag #JembatanAnakBangsa membuat saya sedikit tersenyum, masih banyak orang yang mau bergabung bahu-membahu menolong generasi penerus bangsa ini. Masih banyak yang lebih waras daripada pemerintah Banten.

Proyek #JembatanAnakBangsa ini sedang digodok dan dimatangkan. Untuk keterangan lebih lanjut sila ikuti timeline @reneCC di twitter atau "like" fanpage Jembatan Anak Bangsa di sini:

Mengapa saya bergabung?
Saya ingin anak-anak Indonesia bisa sekolah tanpa harus menempuh perjalanan yang beresiko.
Saya ingin anak-anak Indonesia 'bermain tali' seperti ini hanya di tempat yang aman, ketika mereka tetap bisa tertawa bersama teman-teman mereka ketika tergelincir dan terjatuh.

A.K.

Comments

@andreasaditya said…
Mba, tulisan mba saya kutip ya untuk website jembatananakbangsa.org
sigit.raners said…
mbak ade, tulisan dari beberapa tahun yang lalu sangat menyentuh dan inspiratif tentang jembatan anak bangsa. coba bayangkan, kalau ditanya tentang anak muda jaman sekarang mereka sangat tidak peduli dengan kenyataan di negeri ini mereka menghabiskan uang orang tuanya untuk clubbing, belanja gak penting, malas untuk melihat realita, malas untuk membaca dan menulis. saya salut dengan mbak ade dengan tulisan yang inspiratif.

Popular posts from this blog

Lakemba Library

27

Kiriman Tak Sampai

Harness

Be Careful What You Wish For

A New Year, A New Address

My Job as a Job Seeker

Score!

Husband for Share (another story)