Living in Suburb
Rumah-tepatnya apartemen-kami, ada di suburb, sekitar 5 km sebelah barat kampus Nino (Sydney Uni) dan 30 menit dari kota(pakai mobil, bukan jalan kaki). Daerah ini, Dulwich Hill, banyak dihuni orang-orang Yunani. Selain itu, banyak juga orang-orang Vietnam, China (yep, they are everywhere), Libanon, Turki, Portugis. Pertama jalan-jalan di daerah ini, kami sama sekali nggak lihat ada bule. Nino bilang, "Tinggal di sini kayak tinggal di Denpasar aja. Orang-orangnya mirip orang Asia juga, kalau beruntung, baru bisa ketemu bule, hehehe." Untuk pergi ke kampus, kami naik bus. Dari rumah, jalan sekitar 7 menit (udah dengan Didi) ke bus stop. Bis di Sydney cukup nyaman, tapi emang mahal. Untuk ke kampus, aku harus bayar $2.8 sekali jalan. Biar lebih hemat, aku bisa beli travel ten, tiket bis untuk 10 kali pakai. Biar lebih hemat lagi, ya nggak usah pergi2, hehehe. Sementara Nino dapat consession(diskon) karena dia student, separuh harga. Didi masih gratis naik bisnya (thanks God). Mobil-mobil di Sydney jalannya kenceng bgt, tapi mereka bisa berhenti mendadak kalau ada lampu merah. Yang asyik, kalau mau nyebrang jalan, kami gak perlu tengok kanan kiri. Kami bisa nyebrang di tempat penyeberangan yg ada lampu penyeberangannya (biasanya di perempatan lampu merah). Didi seneng sekali pencet tombol penyeberangan. Selain itu, kami juga bisa nyebrang di zebra cross. Kalau ada orang nyebrang di sini, mobil harus berhenti, meskipun tidak ada lampu merahnya. Aku harus menghentikan kebiasaan tengok kanan kiri kalau mau nyebrang. Pernah aku takut nyebrang karena ada mobil melaju cepet banget. Tapi Nino segera menyeret aku, "Ayo, mobilnya pasti berhenti." Dan Ciiiittt, mobilnya berhenti mendadak. whii, ngeri juga.
Untuk belanja kebutuhan sehari-hari, kami tinggal jalan sekitar 5-6 menit ke kompleks pertokoan terdekat. Ada minimarket, toko sayur, toko roti, toko kelontong, toko daging, dan banyak resto kecil2. Kami langganan beli sayur di toko orang Vietnam. Pak nya yg jaga toko ini mengira aku bisa bahasa Cina. Dia nanya ke Nino, "Your boss speak Chinese?" tanyanya. Hehehe, dia juga bilang aku bos nya Nino, ada2 aja. "No, no, she cant speak Chinese." Mungkin karena tampangku emang mirip2 Chinese ya, atau malah mirip orang Vietnam. Pak nya tanya lagi ke aku, penasaran, "Are your grandfather's grandfather's grandfather from China?" Maksa banget ya dia.
Kami senang belanja2 di sini. Aku sudah mulai hafal rak-rak di minimarket IGA, mereka jual apa aja, serta daftar harga2nya (ini salah satu kelebihanku, hehehe). Aku dan Didi suka nyoba2 beli roti di toko yang berbeda2, terutama membandingkan croissant nya. Wah, croissant di sini enak2, meskipun gak ada isinya, tapi rasanya udah kayak ada kejunya. Yummy. Kami beli roti di toko orang Vietnam, Italy, Aussie dan Cina. Sementara ini pemenangnya Toko Orang Cina, hehehe... Masih banyak sih toko lainnya yg harus dicoba. Uhm, we love hot bread.
Untuk refreshing (refreshing apaan? gak ada kerjaan juga), Didi dan aku jalan-jalan ke Park deket rumah. Asyik banget, di sini di mana-mana ada taman, tempat bermain anak-anak. Didi seneng bgt bisa main2 ayunan, prosotan, anjut2an, monkey bar. Aku juga seneng bisa main2 tanpa harus menghabiskan uang. Di Indo, mana ada tempat bermain yg gak bayar? Sayangnya, beberapa hari ini sering hujan, jadi mainan2nya juga basah. Kami sudah nyobain taman di Morton Park, Marrickville Park, Enmore Park dan Victoria Park.
A.K.
Comments
Udah foto2an lagi! Dasar, banci kamera...hihihihi.....
sukses selalu ya