SWEET SEVENTEEN
Kemarin Big A ulang tahun yang ke-17. Sweet seventeen, kalau di Indonesia, hahaha. Sudah berhak punya KTP dan boleh nyoblos di Pemilu. Sayangnya kantor kelurahan jauh dari sini, hehehe.
Saya bilang ke Big A, "Beruntung kamu ada di sini. Kalau di Surabaya, kamu harus bikin pesta di hotel." Ya, gitu deh, norma #crazyrichsurabayan yang jelas tidak akan bisa kami ikuti. Tentu saja yang lebih beruntung adalah kami, orang tuanya, karena nggak perlu keluar duit buat pesta-pesta sweet seventeen, hahaha.
Anyway, ini adalah milestone bagi saya dan Nino Aditomo. Kalau melihat balik ke tahun kelahiran Big A, saat itu umur saya baru 22 tahun, saya nggak bisa membayangkan kami bisa 'berhasil' sejauh ini. Nikah muda itu beraaaat, biar kami saja
Anak pertama biasanya memang 'anak perjuangan'. Pulang dari rumah sakit (PKU Muhammadiyah) naik becak, ke mana-mana dibonceng naik sepeda motor dan meringkuk di bawah mantol kalau hujan. Kami terutama merasa bersalah pada Big A karena membuatnya harus hidup berpindah-pindah kayak zaman Mesolitikum. Dari Jogja, ke Sidoarjo, ke Malang, ke Sydney, ke Surabaya, ke Sydney lagi, ke Surabaya lagi, ke Frankfurt, dan entah ke mana lagi. Dia harus beradaptasi dengan teman-teman baru dan bahasa baru. Bukan hal yang mudah. Kelas satu SD, dia memilih diam seribu bahasa selama satu semester di kelas karena takut bahasa Indonesia-nya yang seperti Cinta Laura bakalan diejek. Ketika balik lagi dari Australia untuk kedua kalinya, dia harus mempersiapkan Ujian Nasional kelas 6 dalam satu setengah tahun saja. Dan sekarang ini, dia harus 'turun kelas' untuk belajar bahasa Jerman selama satu tahun. Alhamdulillah anak ini tangguh.
Kemarin ketika Nino tanya pada saya, pengen nulis ucapan apa buat Big A, yang spontan saya katakan adalah: I have faith in her, that she can be successful in her life. Dan jadilah kartu ucapan ini, dengan tulisan tangan Nino yang memang cakep Ketika saya baca lagi kartu ini, saya mendadak mbrambangi. This is exactly what I wanted to hear from my parents when I was teenager. Tentu saja orang tua sudah memberikan yang terbaik sesuai kemampuan mereka bagi saya, dan saya sangat mensyukurinya. Hanya saja, mengatakan (baik langsung maupun lewat tulisan) bahwa kita sebagai orang tua bangga dan percaya pada anak kita memang bukan budaya kita. Saya (dan Nino juga) sebagai anak kadang juga masih bertanya-tanya, apakah saya sudah membuat orang tua saya bangga. That's what I want to say to Big A, that I think she's good enough. I read somewhere, that the best gift we can give to our daughter is her self-esteem.
So... saya cuma pengen ngajak tos ke Nino. We still have one more year to do what we need to do until she can legally do everything in her own. Let's make the most of it.
A.K.
Frankfurt am Main 28.01.2019
Frankfurt am Main 28.01.2019
Comments