Tahun Yang Penuh Dengan (Rencana) Liburan
Setiap orang punya kelemahan. Saya: terobsesi dengan liburan.
He-who-can-not-be-named-in-this-blog has his ideal holiday like this: napping in his old bedroom after eating Rawon and Sambel Tempe Penyet, and then having afternoon tea with Mama and Bapak in their cozy dining room. Nice. I love that too (except that I don't eat Rawon). It just that I have my very own version of perfect holiday.
Versi saya: mengunjungi satu tempat baru (lebih sip lagi kalau negara baru), menginap di hotel (preferably beach front), makan enak tanpa harus memasak, dan leyeh-leyeh sementara anak-anak bermain sendiri (atau sama Bapaknya, hehehe).
Begitulah, awal tahun 2009, cita-cita saya dan dia-yang-tidak-boleh-disebut-namanya datang ke Sydney sama sekali berbeda. Dia kembali untuk mengejar phDnya, sementara saya kembali melunasi 'utang' jalan-jalan di Aussie. Pada masa-masa prihatin dua tahun pertama kami tinggal di Sydney, praktis kami belum pernah ke mana-mana di luar Sydney. Paling banter kami ke Blue Mountain dan Canberra. Melbourne? Belum. Gold Coast? Boro-boro. Brisbane? Mimpi Kali. Snowy Mountain saja belum. Saya masih snow-virgin nih.
Kegiatan utama saya di awal tahun kembali ke Sydney adalah berburu buku-buku lonely planet di Book Sale. Murah, sekitar $ 2 - $ 4. Dapat lumayan banyak, mulai dari Australia, NSW, Sydney, New Zealand, Japan, USA, Central America Tengah, bahkan Central Asia. Not that I want to go there. Central Asia I mean. To be honest, I have no idea where Central Asia is, before I found out it's the region of Afghanistan, Kazakhstan, Tajikistan and other -tans.
Tahun ini saya lebih banyak membaca buku-buku travelling daripada membaca novel. Saya jadi punya peta buta di kepala saya untuk kota-kota yang ingin saya kunjungi. Saya tahu hotel mana yang paling dekat dengan stasiun kereta, hotel mana yang tinggal jalan kaki ke pantai. Saya tahu harus mengunjungi apa di kota mana. Saya tahu harus bayar berapa untuk naik apa sampai di mana. Huh, rasanya saya lebih pinter daripada travel agent.
Saya bolak-balik membaca review di tripadvisor. Saya pelajari daftar tempat-tempat yang wajib dikunjungi di dunia, daftar hotel-hotel dengan pelayanan terbaik, bahkan daftar tempat-tempat paling romantis (well, just in case). Saya benar-benar terobsesi dan akhirnya... saya membuat proposal liburan yang saya presentasikan ke si-dia-yang-tidak-boleh-disebut-namanya. Hahaha!
Sejak di bangku SMP, saya bercita-cita akan mengunjungi Jepang suatu kali nanti. Nggak tahu apa alasan saya waktu itu. Tapi kira-kira, zaman saya kecil dan remaja memang overdosis kebudayaan Jepang lewat film (Oshiin, Doraemon, Ksatria Baja Hitam, Tokyo Love Story) komik, (favorit saya: Topeng Kaca dan Kariage Kun), dan buku (saya membaca Musashi dan Taiko). Saya penasaran banget: kayak apa sih pemandian umum di sana? Saya juga pengen melihat indahnya pohon sakura di musim semi.
Dari Sydney, ada pesawat murah ke Tokyo atau Osaka, 'hanya' $ 400 an sekali jalan. Biasanya kalau sale lebih murah dari itu. Rasa-rasanya kok terjangkau. Saya pun sibuk mencari-cari Ryokan mana yang murah dan lokasinya strategis. Tapi memang penginapan di Jepang (apalagi Tokyo) super mahal. Sudah mahal, sempit pula. Lama-lama dihitung pengeluaran untuk makan dan transport (dengan dua precils) kok banyak ya? Oh - oh!
Jepang, mungkin lain kali.
Selanjutnya saya tahu dari Tripadvisor kalau ada satu tempat yang wajib dikunjungi oleh seluruh umat di dunia, sebelum mereka mati. Nama tempat itu adalah Milford Sound, dan itu terletak di ... New Zealand.
Hai, bukannya New Zealand dekat dari sini? Sydney, maksud saya. Belum pernah dengar tentang Milford Sound? Saya juga, sebelum saya baca daftar tempat-tempat yang harus dikunjungi di dunia. Bisa ditebak, saya jadi terobsesi dengan Milford Sound. Saya google, wiki dan you-tube. Beauuuuuuutiful! I fall in love with it instantly.
Saya mulai naksir New Zealand dan rajin mengintip website wisatanya di sini. Saya sudah membuat proposal perjalanan keliling New Zealand selama dua minggu, dari Auckland di pulau utara, kemudian ke Wellington. Kemudian dari Wellington menyeberang ke pulau selatan melewati Picton dan menuju Christchurch. Dari Christchurch menuju Queenstown (bungee capital, not that I dare to bungee). Dari Queenstown bisa day trip ke Milford Sound. Biaya pesawat dari Sydney ke Auckland atau Christchurch sekitar $ 200 dan kalau lagi sale bisa 'cuma' $135.
Best of all, he-who-can-not-be-named-in-this-blog agreed to take me (with the kids) there. I mean he DID AGREE! Oh-la-la. My proposal must be so good and convincing. I love him more for this. We just need to find the right time (and the right amount of saving-haha). Maybe next year, as my travel resolution this year is to fly Mamah, Ayah and Dila here. In the meantime, we will watch (again) The Lord of The Rings trilogy. The NZ custom won't let you in if you haven't watch those movies.
A.K.
Comments
new zealand excellent!
aku juga ada tiga trip tahun ini..
Terutama bagian soal terobsesi2 itu, hahahay! :D
Senang menemukan, bahwa di MP banyak juga para 'pemimpi' sptku, yg seringkali dianggap 'gila' oleh orang2 'normal' di kampungku sana, hehehe....
*TOSS!*
kayak gini nih "normalnya" orang kampung dunia, hehehe