MENGAJARI ANAK BERBELANJA

Little A umur 4 tahun ketika minta dibelikan dress tutu yang (menurut kantong kami) mahal. Akhirnya tetap tidak kami belikan, meski rayuannya maut :D

Mengajari anak menabung, semua orang sudah bisa. Tapi belum banyak yang secara sadar mengajari anak untuk membelanjakan uang. Kecil-kecil diajari shopping? Iya, itu yang saya lakukan. Karena sudah 'mahir' shopping dan window shopping, anak-anak saya jarang sekali tantrum di toko karena tidak dibelikan ini itu.


Berbelanja 'dengan benar' melatih beberapa ketrampilan sekaligus. Latihan belanja ini bisa diajarkan sejak kecil, ketika kita belanja bulanan di supermarket. Ini beberapa ketrampilan yang bisa dilatih:

1. Menganalisis kebutuhan
Barang yang ingin dibeli, kebutuhan atau cuma keinginan? Misal anak ingin permen, jangan langsung bilang 'nggak boleh'. Tanyakan dulu kenapa pengen beli? Alasannya apa? Perlu banget nggak? *eh, ini berlaku untuk orang2 tua juga ya? hihihi*

2. Menunda keinginan

Ketika anak sudah punya alasan bagus untuk membeli sesuatu, misalnya penghapus yang bentuknya lucu, tanyakan apa harus membeli sekarang? Kalau bulan ini mereka sudah membeli stationery, biasanya saya akan menyuruh mereka menunda membeli untuk bulan depan. Ini susah dilakukan untuk barang-barang yang harganya nggak seberapa, tapi penting agar anak bisa menunda keinginan, karena biasanya kita (termasuk ortu--saya juga) sering impulsif ketika melihat barang bagus :))

3. Memilih

Biasanya saya membolehkan anak membeli satu barang yang dia inginkan. Ketika dia sudah memilih jeli misalnya, lalu dia ingin membeli wafer, saya suruh memilih salah satu. Biasanya anak-anak akan lama memilih dan memperpanjang waktu belanja kita, tapi gakpapa, ketrampilan bisa memilih ini jauh lebih penting. Bawa dua barang yang dia inginkan sambil kita belanja yang lain. Ketika sampai di kasir, pilihan harus ditetapkan. (Mama butuh kepastian, Nak!)

4. Mencari Alternatif

Anak pengen beli mainan atau baju yang mahal? Saatnya mencari alternatif. Bisa cari alternatif yang lebih murah di toko yang sama, bisa juga mencari alternatif di toko lain, atau beli di waktu lain ketika diskon. Ini agak mirip dengan menunda keinginan. Susah diterapkan untuk keluarga yang bagi mereka, uang nggak masalah. Tapi kalau kita belikan semua barang yang diiinginkan anak, mereka dan ortu akan repot sendiri di kemudian hari.

Dengan cara-cara praktis di atas, anak-anak saya hampir nggak pernah tantrum. Mereka tahu bahwa otoritas memutuskan boleh beli atau tidak ada di tangan ortu. Saya dan suami juga konsisten dengan keputusan boleh beli atau tidak. Meski anak-anak marah atau menangis, kalau kami bilang tidak, ya tidak akan goyah. Jangan mau tersandera oleh keinginan anak. Sekali lagi, ini lebih gampang diterapkan untuk orang yang uangnya terbatas ;) Lha gimana mau beli wong uangnya nggak ada.

Bagaimana kalau anak-anak tetap tantrum? Pernah anak saya menangis keras di toko minta sesuatu. Ketika itu Ayahnya memeluk dan mengajak bicara, memberi alternatif. Kalau tetap menangis ya kita ajak pulang aja. Pesan penting dari Si Ayah: jangan memberi rewards (penghargaan) untuk perilaku anak yang tidak kita inginkan. Misalnya, ketika anak menangis, kita luluh dan membelikan yang dia inginkan. Lain kali dia pasti akan menangis lagi sebagai senjata agar dibelikan sesuatu. Big No!

Lihat videonya di: http://ayeshaleilani.tumblr.com/


~ A.K.

Comments

Popular posts from this blog

HIDUP BOLEH SEDERHANA, PENDIDIKAN JANGAN SEDERHANA

Time Flies When You Put Your Baby at Childcare

Bahasa Ayesha

Berbunga-bunga Karena Bunga: Catatan Dua Puluh Tahun Bersama

The Devil Wears Prada

Pack, Unpack, Repack

MAS MENTERI, TOLONG KAMPANYEKAN MEMBACA UNTUK KESENANGAN

Naik Garuda

ACCEPTANCE