Posts

Showing posts from December, 2008

Audacity of Hope Versi Saya

Image
Menulis resolusi tahun baru selalu membuat saya bersemangat sekaligus stres. Bersemangat karena saya hobi mengkhayalkan mimpi-mimpi yang akan saya capai. Stres kalau mendapati apa yang saya targetkan tahun lalu meleset. Dua target saya tahun lalu BELUM terwujud. Namun - Tuhan Maha Adil - tahun ini saya mendapat limpahan berkah yang luar biasa. Nino dan saya diamanati bayi cantik nan lucu: Ayesha Leilani. Sekarang ini saya diberi kesempatan untuk menjadi ibu fulltime. Saya gembira sekali kalau melihat hasil "hanya ASI" yang saya berikan ke Ayesha selama enam bulan ini. Ayesha tumbuh sehat, montok dan jabrik (yang terakhir ini, apa ada hubungannya dengan ASI? ). Saya tidak mengatakan bahwa menjadi ibu menjadi penghalang untuk cita-cita saya yang lain. Malahan saya diberi kesempatan untuk belajar menjadi lebih dewasa, lebih sabar, lebih ikhlas dan lebih rendah hati. Mungkin, umpamanya, menjadi ibu itu bagai kepompong, mengubah ulat menjadi kupu-kupu ... Tahun depan, kami s...

Dewi Lestari dan Saya

Image
Saya pertama kali 'mengenalnya' ketika Dewi Lestari alias Dee datang ke Jogja mempromosikan buku pertamanya: Supernova. Terbitnya buku ini membuat heboh dunia perbukuan Indonesia. Salah satunya karena penulisnya adalah penyanyi. Artis kok berani-beraninya nulis buku, begitulah kira-kira komentar orang. Tapi saya langsung jatuh hati pada kenekatannya. Maklum, waktu itu tidak ada karya sastra lain selain dari penulis angkatan tua. Zaman booming penulis-penulis muda masih jauh sekali. Buku Dee yang nekat dia edarkan sendiri memberi warna sekaligus mendobrak bahwa semua juga boleh berkarya. Ternyata ada yang lebih nge-fans sama Dee daripada saya. Waktu itu, dia masih menjadi calon pacar saya. Orangnya melankolis perfeksionis, jarang nge-fans sama seseorang, apalagi artis. Serta merta saya cemburu. Dia mengagumi Dee yang berani menerbitkan buku pada usia sangat muda waktu itu (usianya 24). Waktu itu tahun 2000, usia saya 20 tahun. Kami termasuk dalam panitia salah satu diskus...

Satu, Dua, atau Tiga Kecupan?

Menjelang kepulangan kami ke Indonesia, kami banyak berpamitan ke teman dan saudara yang ada di Sydney. Ada pengalaman menarik berkaitan dengan acara pamitan ini. Saya mengamati perilaku peluk cium berpamitan yang berbeda dari masing-masing komunitas. Dari sini saya bisa memilah teman-teman kami menjadi tiga kategori. Teman-teman "bule" kami memberi satu kecupan di pipi. Yang termasuk kategori ini adalah teman yang saya kenal dari orangtua murid Anindya di Marrcikville West Public School, juga guru dan kepala sekolahnya, teman kuliah Nino di Sydney University, dan teman kerja saya di Harris Farm Market. Bule di sini bukan hanya orang Aussie saja, karena di sini banyak sekali imigran yang datang dari Asia. Salah satu teman akrab saya adalah orang Cambodia dan bos langsung saya adalah orang Vietnam. Sementara itu, salah satu sepupu Nino adalah orang blasteran Indonesia dan Australia, tapi dia sudah termasuk 'bule' dengan satu kecupan. Dua kecupan diberikan oleh o...